Poster kegiatan Festival Industri Kreatif yang diadakan Pemerintah Kota Depok jadi bahan sindiran di media sosial. Masalahnya, poster untuk kegiatan kreatif itu dianggap membingungkan secara visual. Beberapa penggiat industri kreatif pun giat me-retweet poster tersebut. Tentunya, lengkap dengan komentar-komentarnya. Untuk menanggapi kejadian itu, Nextren menghubungi Lahandi Baskoro, penggiat industri kreatif yang memang berasal dari Kota Depok, sesuai dengan poster yang dimaksud.Lahandi adalah juga dosen dari Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Industri Kreatif di Universitas Trilogi. Selain itu ia adalah sosok di balik Depok Creative, sebuah komunitas industri kreatif di Depok.
Berikut adalah tanggapannya yang disampaikan ke Nextren, Kamis (4/6/2015):Apa yang salah dari poster tersebut?Pertama, terlalu banyak elemen visual yang tidak mendukung satu sama lain. Ada foto walikota dan wakil walikota, ada belimbing (2 bentuk, yang sudah diiris dan yang utuh), ada motif batik, ada beberapa font yang digunakan, plus ditambah ramai lagi dengan banyak warna yang muncul. Terlalu banyak elemen yang tidak memiliki kesatuan akan menimbulkan kesemerawutan (cluttered) atau kegaduhan visual.Kedua, hal yang fatal adalah pemilihan foto walikota dan wakil walikota sebagai elemen visual utama (focal point). Apa relevansinya festival industri kreatif dengan foto walikota & wawalkot?Ketiga, penekanan yang membingungkan. Tiga huruf i yang disejajarkan dan diberi warna berbeda pada tulisan Festival Industri Kreatif ditambah lagi dibawahnya ada foto Pak Nurmahmudi, ini membuat pembaca poster bertanya-tanya apa maksud dari penekanan huruf i ini? Apakah ingin memberi rima untuk Nurmahmudi?Keempat, logo-logo di bagian bawah ditempatkan berantakan dan memakan terlalu memakan banyak ruang.Bagaimana memperbaikinya?Pertama, ganti foto walikota dan wawalkot dengan bentuk visual lain yang lebih relevan. Cari visual yang relevan dengan industri kreatif, namun juga bisa menarik perhatian target audience acara tersebut.Kedua, kurangi kesemerawutan visual. Persedikit font dan tone warna yang ingin digunakan. Jadikan elemen-elemen visual itu mendukung satu tema besar yang ingin disampaikan.Ketiga, rancang copy tulisan yang jelas dan bisa menjawab "Kenapa saya perlu hadir ke acara ini?"Keempat, Logo-logo posisinya dirapikan, diperkecil dan tidak perlu memakan hingga seperempat space poster.Pelajaran apa yang bisa diambil?Sejak dituitkan oleh Wahyu Aditya di twitter, poster ini mendapat banyak respon sentimen negatif. Beberapa yang merespon juga para tokoh-tokoh yang berkiprah di industri kreatif, misalnya: Iman Brotoseno, Pinot, Fico, dan Erwin Ananda. Dari fenomena ini bisa kita lihat bahwa orang makin peduli dengan good design. Mereka melihat desain komunikasi yang buruk laksana polusi, harus dihindari.Hal yang penting tentang ini adalah agar dinas terkait bisa mengambil pelajaran penting bahwa jangan mengerjakan projek dengan prinsip Asal Bapak Senang, tetapi harus berorientasi kepada target audience yang ingin dituju.