Menurutnya, interaksi dan koneksi dengan dunia nyata tetap dipelukan oleh orang-orang.
Hal tersebut berpotensi berkurang karena Headset VR akan membuat penggunanya merasa nyaman di dunia digital.
Walaupun sejatinya orang-orang tetap terkoneksi lewat avatar di dunia virtual, tapi Ken menyebut tetap bakal ada batasan realitas.
Lebih lanjut, Ken memberikan contoh kasus remaja Jepang yang dalam beberapa tahun terakhir lebih memilih mengurung diri di rumah.
Bahkan, sebagian besar diantaranya menolak untuk melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya.
Ken berujar, dengan fenomena menjamurnya Headset VR di jaman sekarang, apa yang dialami oleh remaja Jepang berpotensi terjadi di seluruh dunia.
Ken berkata, bukan tidak mungkin para remaja di dunia akan lebih nyaman berinteraksi dan bermain game di dunia virtual ketimbang hidup di dunia nyata.
Kalau menurut sobat Nextren, bagaimana? Apakah pendapat Ken Kutaragi soal dampak buruk Headset VR akan terjadi?
Bagikan pendapat kalian di kolom komentar ya. (*)
Baca Juga: Lenovo Siap Hadirkan Headset VR untuk Perbaiki Citra Gamingnya di 2020