Sementara Direktur Utama XL Axiata Dian Siswarini mengatakan perusahaan selalu terbuka untuk berbagai kemungkinan untuk "berkonsolidasi dengan pihak mana pun" dan mengarahkan Bloomberg News untuk bertanya kepada pemegang saham.
Kolaborasi strategis antara XL Axiata dan Smartfren tersebut akan hadir di tengah konsolidasi operator seluler di Indonesia, sebagai salah satu pasar telekomunikasi yang berkembang tercepat di dunia.
Baca Juga: Indosat Ooredoo dan 3 Resmi Merger, Jadi Operator Seluler Terbesar Kedua?
Bulan lalu, CK Hutchison Holdings Ltd. dan Qatar Ooredoo QPSC setuju untuk menggabungkan bisnis telekomunikasi Indonesia mereka dalam transaksi senilai $ 6 miliar.
Meski keduanya bergabung, BUMN PT Telkom Indonesia tetap menjadi operator terbesar di Indonesia, negara terpadat di Asia Tenggara ini.
Sebelumnya, Axiata telah didekati oleh CK Hutchison, konglomerat Hong Kong yang didukung oleh taipan Victor Li, tentang kemungkinan kombinasi operasi telekomunikasi mereka di Asia Tenggara pada 2019.
Menurut laporan keuangan terbarunya, XL Axiata memiliki 56,8 juta pelanggan pada tanggal 30 Juni.
Adapun laba bersihnya sekitar Rp 716 miliar dengan pendapatan hampir Rp 13 triliun hingga Juni 2021. Axiata memiliki saham sekitar 66% dari perusahaan.
Sedangkan Smartfren dari grup Sinar Mas, memiliki 27,9 juta pengguna pada akhir 2020, menurut laporan tahunan terbarunya.
Smartfren melaporkan kerugian bersih Rp 452 miliar dengan pendapatan Rp 4,95 triliun selama 6 bulan tahun 2021, sesuai dengan laporan keuangan terbarunya.