Rata-rata rumah untuk pengisian daya baterai memiliki ukuran 120 V, yang mampu mengisi 4 hingga 15 km setiap jamnya.
Sementara untuk stasiun pengisian daya menggunakan 240 V mampu mengisi 15 hingga 40 km per jam.
Ada pula stasiun pengisian daya yang cepat, mampu mengisi daya dalam 20 menit, tetapi hanya membuat mobil berjalan 90 hingga 160 km saja.
Lalu mengapa tidak adopsi teknologi Fast Charging seperti hape?
Baca Juga: Mobil Listrik Tesla X Resmi Hadir di Indonesia Sebagai Taksi Blue Bird
Titik masalahnya adalah ketika baterai menerima daya yang lebih besar dan cepat, justru akan merusak komponennya, lithium plating.
Sebab, baterai akan terlampau panas untuk menerima listrik dalam jumlah besar.
Untuk mengurangi dampak tersebut, Xiao-Guang kemudian membuat sistem untuk meningkatkan panas baterai terlebih dahulu ke 60 derajat Celsius selama 30 detik.
Kemudian suhu baterai dipertahankan selama pengisian daya.
Dengan meningkatkan suhu baterai selama 10 menit, maka lithium plating akan terhindar dari kerusakan.
Dengan sistem ini, maka baterai berhasil terisi 91,71 persen dari total kapasitas yang dimiliki.
Meski demikian, masih ada beberapa kesulitan untuk membuat sistem ini menjadi komersil.