Namun, dengan semakin kompleksnya jaringan, pusat komputer di BMKG akan menerima data dengan jumlah yang sangat besar.Dalam perspektif peringatan dini yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan untuk menyampaikan peringatan, pemrosesan data terpusat menjadi tidak sesuai lagi. Jumlah data yang besar membutuhkan waktu yang lama untuk dikirim dan diproses menjadi informasi. Oleh karena itu, sistem peringatan dini lokal perlu ada di tiap daerah.Bahkan jika perlu, sistem peringatan dini kecil bisa dipasang di daerah-daerah rawan bencana yang terisolasi dan jaraknya jauh dari kantor pemerintah daerah. Sistemnya dapat menggunakan model yang dipakai di Vanuatu.Bisakah diceritakan harga peralatan sensor tersebut, yang buatan pihak luar negeri ?Sebuah buoy DART milik Amerika Serikat berharga US $ 250.000 (Rp 3,65 miliar). Tidak jelas apakah ini sudah termasuk beberapa unit BPR yang dipasang di dasar laut. Sementara biaya pemeliharaannya adalah sebesar US $ 125.000 (Rp 1,8 miliar) pertahun.
Apakah para ahli di Indonesia sudah membuat dan mengembangkan?Berdasar paper-paper ilmiah yang terdapat di proceeding konperensi dan jurnal baik yang nasional dan internasional, beberapa perguruan tinggi dan lembaga penelitian telah menghasilkan sistem dan peralatan peringatan dini. Namun umumnya dilakukan untuk aplikasi lain seperti banjir dan tanah longsor. Bermula dari penelitian-penelitian ini, aplikasi untuk gempa bumi dan tsunami dapat mulai diperkenalkan untuk diteliti dan diimplementasikan.Untuk sensor yang dipasang pada buoy, IPB dan BPPT telah menghasilkannya. Hanya saja pengembangannya perlu terus dilakukan untuk menghadapi kendala biaya dan teknis yang sebelumnya pernah terjadi pada 22 buoy milik BMKG.Apa yang Anda pelajari dengan sistem yang Anda usulkan selama ini?Pelajaran berharga yang bisa ditarik dari pengalaman saya dan ingin selalu saya bagikan adalah, bahwa sistem-sistem peringatan dini dan sistem-sistem monitoring lainnya dapat dibangun dengan biaya yang murah.Bagi teknologi WSN dan IoT, biaya murah tidak identik dengan kualitas yang rendah. Biaya murah bisa didapat karena teknologi-teknologi terbaru pada sensor, sistem mikroprosesor, dan transceiver telah menghasilkan produk secara massal.Dari segi biaya kira-kira berapa yang dibutuhkan?Sebelum rancangan sistemnya ditentukan, tentu cukup sulit untuk memperkirakan biayanya. Namun sebagai perbandingan, Jepang telah mengeluarkan dana sebesar 1 bilion dollar AS (Rp 14,5 triliun). Sementara itu, negara bagian California mengeluarkan anggaran sebesar 100 juta dollar AS. (Rp 1,45 triliun)
Negara bagian Washington, DC dan Oregon yang gempa buminya lebih jarang membutuhkan anggaran 50 juta dollar AS (Rp 730 miliar) ditambah dengan biaya pemeliharaan sebesar 6 juta dollar AS (Rp 87,5 miliar) per tahun.Bagi Indonesia, biaya yang dikeluarkan bisa lebih rendah. Dengan berbekal kreatifitas, dan kerja keras dari para peneliti di universitas dan lembaga penelitian, sistem-sistem yang dibangun dari peralatan yang murah, juga akan bisa menjadi sistem yang tepat guna.BAGAIMANA MENYIAPKAN HAL INI?Untuk memulai program riset dan aplikasi peralatan, tim seperti apa yang dibuat? Mereka terdiri dari siapa saja?Penelitian-penelitian tentang sistem peringatan dini dan sistem-sistem penunjangnya telah dilakukan oleh secara individu atau kelompok pada lembaga penelitian.Contohnya seperti di BPPT, LIPI dan beberapa universitas seperti STMIK STIKOM Surabaya, Universitas Serambi Mekah dan Universitas Syiah Kuala Aceh, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Mercubuana Jakarta, dan lainnya.Individu atau kelompok peneliti seperti ini dapat didayagunakan dan disinergikan untuk membangun sistem peringatan dini nasional maupun lokal/di daerah. Untuk itu, pemerintah pusat hanya perlu membentuk tim koordinator dengan tugas antara lain membuat dan mengembangkan rancangan garis besar sistem peringatan dini nasional dan lokal, mengarahkan penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian dan universitas, dan bekerjasama dengan badan-badan nasional pengguna teknologi seperti BMKG, BAKOSURTANAL, BNPB.Dalam tugasnya sebagai pengarah penelitian, tim nasional memulai tugasnya dengan mendata penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh lembaga penelitian dan universitas.
Kemudian tim nasional memberikan tugas penelitian kepada lembaga penelitian dan universitas tertentu, sesuai dengan yang sudah mereka lakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian yang dibagikan tersebut merupakan penelitian yang telah direkomendasi oleh tim nasional untuk digunakan dalam sistem peringatan dini nasional dan lokal.
Dukungan seperti apa yang diperlukan dari pemerintah?Agar penelitian, pengembangan, serta implementasi hasil-hasil penelitian yang selama ini telah dihasilkan dapat memberikan manfaat dan tidak sia-sia, pemerintah perlu mendukung dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan konsisten mengarahkan, mengevaluasi, dan memanfaatkan hasil penelitian yang dibuat.
Model pembiayaan bisa disalurkan melalui dana-dana penelitian yang telah dianggarkan untuk lembaga penelitian dan universitas. Jika dianggap belum memadai, pemerintah bisa menyisihkan anggaran untuk keperluan yang tak dapat dipenuhi oleh lembaga penelitian dan universitas.Sosialisasi dan edukasi tentangnya pentingnya sistem peringatan dini ini juga perlu disampaikan pada masyarakat umum, masyarakat industri, serta siswa-siswa sekolah dasar dan menengah. Untuk menumbuhkan minat meneliti di kalangan siswa, lomba-lomba tahunan tentang sistem peringatan dini perlu diadakan. Selain dapat menghasilkan peneliti-peneliti muda, acara-acara semacam ini dapat mengumpulkan ide-ide baru yang dihasilkan oleh generasi muda.
Hal-hal apa lagi (baik bencana dan non bencana) yang dapat dioptimalkan dengan menggunakan penelitian Anda?Di negara lain, penelitian intensif dan masif yang telah dilakukan sejak akhir tahun 1990-an telah membuat teknologi wireless sensor network sudah cukup dewasa (mature). Oleh karenanya, di negara-negara tersebut aplikasi teknologi ini telah meluas di berbagai bidang seperti pertanian, kesehatan, olahraga, industri, bangunan, transportasi, militer, dan pengamatan lingkungan. Teknologi WSN bahkan menjadi bagian penting dari teknologi IoT yang manfaatnya akan banyak kita rasakan pada waktu-waktu mendatang.Penggunaan teknologi WSN dan IoT pada aplikasi-aplikasi tersebut telah memacu timbulnya gelombang teknologi baru seperti precision agriculture, smart building, smart home, intelligence transportation system, smart city, industrial IoT (IIOT) yang kemudian lebih dikenal sebagai Industri 4.0., serta building health monitoring.Akhirnya, semoga kita tidak hanya menjadi penonton dan pengguna saja tetapi juga pemain di bidang ini. Sehingga potensi pasar Indonesia yang sangat besar ini tidak hanya dinikmati oleh perusahaan atau lembaga asing saja, tetapi juga oleh anak negeri. (*)
(Rockstar)