Follow Us

facebookyoutube_channeltwitter

Google Selalu Tahu Apa yang Kamu Mau

- Selasa, 24 November 2015 | 07:49
Kantor pusat Google di Mountain View, California.
Wicak Hidayat/KompasTekno

Kantor pusat Google di Mountain View, California.


Tulisan ini adalah bagian dari mini seri "Tiga Hari di Silicon Valley”, sebuah rangkaian tulisan yang mencoba mengurai beberapa pengalaman dan pelajaran dari kunjungan ke Google, sang raksasa Silicon Valley, yang mungkin bisa bermanfaat bagi kita semua.Ditemui di kantor pusat Google, Mountain View, Ben Gomes, VP dan Google Fellow, pimpinan dari seluruh upaya engineering Google di bidang pencarian, mengatakan bahwa ada tiga tahapan yang dihadirkan oleh Google Search: Jawaban, Percakapan dan Ramalan.Maksudnya bagaimana? Tak lengkap ceritanya jika kita juga belum mengenal sosok brilian di balik Google Search, yaitu Ben Gomes itu sendiri.Dari "Kampung Kecil" di IndiaBen Gomes adalah pria dengan latar belakang beragam. Lahir di Tanzania, Afrika, Gomes dibesarkan di India, tepatnya di Bangalore, tapi pada masa ketika Bangalore belum menjelma sebagai hub teknologi India.Di masa kecilnya, Gomes bercerita, ia tinggal di wilayah yang boleh dibilang minim informasi. Satu-satunya sumber ilmu adalah perpustakaan di wilayah itu, yang hanya memperbolehkan keluarganya meminjam empat buku per minggu.“Itu artinya, dua untuk Ibu saya, dan dua untuk saya,” ujarnya.Hal itu nampaknya sangat menyiksa bagi Gomes kecil. Bocah yang sangat haus pengetahuan ini mendambakan lebih banyak informasi dan ilmu, tapi bukan hanya jatahnya sangat sedikit, judul buku yang diinginkannya pun tak selalu ada.Ia membandingkan masa-masa itu dengan saat ini, ketika seorang pengguna smartphone bisa mengakses puluhan miliar laman web lewat Google.

Ben Gomes, VP dan Google Fellow, saat ditemui di kantor pusat Google, Mountain View, California.
Wicak Hidayat/KompasTekno

Ben Gomes, VP dan Google Fellow, saat ditemui di kantor pusat Google, Mountain View, California.

Google Search Sebagai Pemberi JawabanKetertarikan Gomes pada komputer konon dimulai di masa sekolahnya. Di sana Gomes bertemu dengan Krishna Bharat, seorang pemuda yang menggemari komputer. Hubungan keduanya pun menjadi akrab, dengan bumbu-bumbu saling bersaing."Seorang kawan baik saya di sekolah, kami sering berkompetisi untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dan lain-lain, seperti lazimnya anak-anak di India," tutur Gomes.Setelah di India, Gomes dan Bharat sama-sama mengejar gelar doktor di Amerika Serikat. Di saat itu, Bharat lah yang menurut Gomes memberitahunya tentang Google dan keduanya bergabung di perusahaan hampir bersamaan.Tidak seperti sekarang, Google ketika itu masih perusahaan yang relatif muda. Namun menurut Gomes ada hal yang sangat menarik dari bekerja di Google."Pekerjaannya sangat berguna untuk orang-orang, tapi juga dari sisi teknis sangat menantang dan menarik," papar Gomes.Kombinasi itu, ujarnya, menjadikan pekerjaan di Google sesuatu yang sulit sekaligus memuaskan. "(Pekerjaan kami adalah) memahami bahasa dan cara pikiran (manusia) bekerja," ia menambahkan.Search ketika itu adalah kemampuan mencari sebuah kata yang ada di dalam dokumen. Namun Google menawarkan lebih dari itu, Google menawarkan sebuah jawaban.Tidak cukup lagi, ujarnya, untuk menampilkan hasil yang menunjukkan bahwa kata tertentu ada di halaman tertentu. "Kami harus memahami niatan (pengguna), untuk apa ia melakukan pencarian itu," kata Gomes.Google Search Sebagai PercakapanSeperti dipaparkan oleh Ben Gomes, langkah kedua dalam Search adalah memberikan percakapan. Apa maksudnya? Dalam hal ini, Search bisa memberikan konteks pada pencarian yang dilakukan, sehingga pencarian selanjutnya akan merujuk pada konteks tersebut.Hal ini tampak pada pencarian melalui suara. Ben mencontohkan, ia bisa bertanya pada Google: Who is the President of United States? Lalu, setelah ada jawabannya, bisa bertanya: How tall is he? Dalam pertanyaan susulan itu, Ben tak perlu menjelaskan bahwa yang dimaksud "he" di situ adalah Obama.Bercakap-cakap dengan komputer, beberapa tahun lalu mungkin masih dianggap fiksi ilmiah belaka. Sekarang hal itu bisa dilakukan, bahkan dalam berbagai bahasa dan dialeknya."Saya lahir di Afrika, tumbuh di India, aksen saya campuran, saya tinggal di Amerika. Ada sedikit aksen Inggris dan Amerika. Lima tahun lalu saya harus mengajak orang Amerika Serikat dengan dialek midwest sempurna untuk melakukan demo voice search," ujar Gomes.

Ben Gomes, VP dan Google Fellow, sedang diwawancarai oleh Kompas TV.
Wicak Hidayat/KompasTekno

Ben Gomes, VP dan Google Fellow, sedang diwawancarai oleh Kompas TV.

Google Search Sebagai RamalanBukan ramalan dalam arti 'meramal nasib', namun bahwa layanan pencarian itu bisa mengantisipasi apa yang dibutuhkan oleh penggunanya.Melalui pembelajaran, ia bisa menyediakan informasi yang dibutuhkan pengguna bahkan sebelum pengguna itu memintanya.Hal itu tampak pada Google Now, yang bisa menampilkan informasi sesuai konteks penggunanya. Misalnya, apabila sedang mengunjungi sebuah tempat, ia bisa menampilkan secara otomatis hal-hal yang menarik dari tempat itu."Ada hal-hal yang saya tidak mau menghabiskan waktu untuk melakukan pencarian, seperti berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk mencapai kantor? Hal-hal ini langsung disediakan Google Now," katanya.Tentunya, Gomes mengatakan dari ketiga aspek itu Google terus melakukan perkembangan dan perbaikan. Dalam setahun, ujarnya, ada 1.000-an perubahan pada Google Search."Kami menjalankan 60.000 uji coba, dan hanya 1.000 yang diluncurkan," ujarnya.Selalu menarik untuk melihat bakal dibawa ke mana produk Google yang satu ini, dan bagaimana ia akan berpengaruh pada produk-produk lainnya.Masih ada lagi oleh-oleh lain dari perjalanan singkat ke markas Google, misalnya, seperti apa sih rasanya bekerja di Google? Simak terus mini seri "3 Hari di Silicon Valley” untuk mengetahuinya.Penulis adalah Wicak Hidayat, jurnalis untuk Tekno Kompas.com & Nextren. Kepergiannya ke Silicon Valley adalah atas undangan Google Indonesia.

Editor : Nextren

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x