Dari awal dibentuk hingga sekarang, Google dikenal paling populer sebagai perusahaan mesin pencari. Pendapatan utamanya pun berasal dari iklan pada layanan tersebut.
Seiring perkembangannya, Google tak ingin semata-mata dipandang sebagai layanan "Search". Setelah mendirikan induk bertajuk "Alphabet" untuk menaungi cabang-cabang bisnisnya, Google kembali merencanakan hal besar.
Perusahaan itu tengah membangun citra baru yang bakal diwujudkan pada 2020 mendatang. Setidaknya itu yang digemborkan Senior Vice President of Technical Infrastructure Google Urs Holze.
"Tujuan kami adalah membicarakan tentang Google sebagai perusahaan cloud di tahun 2020," kata dia, sebagaimana dilaporkan TheNextWeb dan dihimpun Nextren, Kamis (19/11/2015).
Holze yakin, lima tahun mendatang sumber pendapatan utama Google tak lagi dari mesin pencari, melainkan dari bisnis cloud alias komputasi awan miliknya yang dinamai "Google Cloud Platform".
Wacana tersebut terhitung ambisius. Sebab, layanan cloud Google saat ini masih terengah-engah menyaingi dominasi pasar Amazon Web Services (AWS) dan Microsoft Azure.
Pun begitu, ketertinggalan Google saat ini dinilai Holze bakal sama dengan kisah Android. Pada 2007 silam, Holze mengenang, iPhone merajai tuntutan pasar smartphone di Amerika Serikat.
Lalu muncul perangkat Android yang mulanya sulit menyaingi iPhone. Tapi, dengan strategi bisnis yang mumpuni menurut Holze, Android kini menjadi sistem operasi paling banyak digunakan di dunia.
"Kami berharap akan mengikuti jejak Android pada layanan cloud," kata Holze.
Keyakinan Holze bukan tanpa alasan. Ia mengklaim pertumbuhan pengguna Google Cloud Platform dari kalangan enterprise semakin menanjak.
"Kami punya banyak pengguna enterprise, tepatnya pengguna enterprise yang puas," kata dia. "Kami tentu saja sedang melaju dari posisi belakang," ia menambahkan.