Nextren.com - Perusahaan media CNET dikabarkan tengah melakukan revisi tehadap beberapa artikel yangditulissecara otomatis oleh AI (Artificial Intelligence).
Dari 77 artikel terdapat 41 artikel yang memerlukan adanya perbaikan yang diduga karena plagiarisme.
Kepala Editor Media teknologi milik Red Ventures ini mengatakan bahwa pihaknya mengidentifikasi cerita-cerita tambahan yang perlu diperbaiki.
Ia mengklaim bahwa setidaknya ada"sejumlah kecil" tulisan yang membutuhkan "koreksi substansial".
Sementara lainnya memiliki "masalah kecil" yang membuat mereka harus memperbaikinya secara manual.
Diantaranya seperti nama perusahaan yang tidak lengkap dan bahasa yang dianggap kurang jelas serta natural.
Baca Juga: 3 Cara Menghasilkan Uang Lewat Situs AI, Mudah dan Makin Cuan!
Melansir dari The Verge, CNET mengatakan beberapa "padanan frasa di dalam artikel terlihat terlihat tidak original". (25/1/2023)
Bahkan, perusahaan mengatakan bahwa alat pendeteksi plagirisme mereka juga "tidak bekerja dengan baik".
AI dianggap kurang bekerja dengan baik ketika diharuskan menggabungkan data-data dari berbagai sumber.
Tidak sedikit artikel yang dibuat secara otomatis justru memberikan bias terhadap setiap topik yang ditulis.
Sejak dua minggu lalu, CNET memang sudah menggemparkan dunia jurnalisme, karena mengunakan kecerdasan buatan untuk menulis artikel.
Bukan hanya satu, setidaknya sudah 75 kali media ini menggunakannya sejak bulan November 2022.
Melansir dari Engadged, perusahaan menggunakan AI untuk menulis berita mengenai literasi finansial artikel yang mirip dengan media lain. (11/1/2023)
Artikel-artikel tersebut dinilai memiliki"kesamaan struktur dan frasa yang mendalam dengan artikel yang sebelumnya diterbitkan di media lain."
Media yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dari artikel-artikel lama dari Forbes Advisor yang dirilis pada 2021.
Baca Juga: Cara Hapus Foto Dengan Mantan Menggunakan Aplikasi AI, Coba Situs Ini
Tentunya hal ini sangat mengejutkan publik terutama dunia jurnalistik karena dianggap semakin memberikan ruang untuk AI berkembang pesat.
Meskipun efektif, usaha media seperti CNET memang dianggap tidak etis walau hal ini jelas belum tercantum di dalam kode etik jurnalisme.
Diluar ketidaksempurnaan seperti bias dan plagiarisme, kecerdasan buatan tetap menjadi ancaman serius bagi beberapa pekerjaan, bukan hanya jurnalistik.
Beberapa seniman visual juga saat ini semakin khawatir di tengah perkembangan Art genator yang mulai dilegalisasi.
Teknologi ini diperkirakan akan semakin berkembang pesat mulai tahun 2023 dan seterusnya.
Bahkan, perusahaan sebesar Microsoft sudah mulai mengubah haluan bisnisnya ke teknologi ini dengan menggandeng OpenAI.
Yang pasti perkembangan kecerdasan buatan akan terus maju ke depan dan semakin pesat.
Bagaimanapun, kita hanya bisa menyaksikan apa yang akan terjadi dengan teknologi yang kita ciptakan sendiri ini.
(*)