Rusia Tinggalkan Airbus dan Boeing, Targetkan Produksi 1000 Pesawat Komersial untuk 2030

Kamis, 29 September 2022 | 15:30
DigitNews

Pesawat komersil Rusia, Sukhoi Superjet 100

Nextren.com -Perang Rusia dan Ukraina merubah banyak sektor industri dalam negeri Rusia, termasuk industri penerbangan.

Sanksi dari negara Barat membuat industri penerbangan Rusia memiliki ambisi untuk memperbanyak produksi pesawat komersiil secara mandiri.

Dilansir dari Reuters, industri penerbangan Rusia akan meninggalkan produsen pesawat Airbus dan Boeing.

Rusia akan menggunakan suku cadang yang dibangun dari perusahaan lokal untuk memproduksi 1.000 pesawat pada tahun 2030 mendatang.

Hal ini dilakukan untuk mengakhiri ketergantungan pada produk dan suku cadang produk Barat.

Baca Juga: Dampak Perang Rusia, Apple Dilaporkan Batal Tingkatkan Produksi iPhone 14

Rostec, perusahaan resmi yang manangani produksi industri teknologi canggih Rusia, akan menjadi pihak yang dipercaya memproduksi pesawat komersiil Rusia.

Dalam sektor penerbangan, Rostec memandang bahwa konfrontasi Rusia dan Barat merupakan perpecahan permanen.

Pengenaan sanksi paling berat oleh Barat dalam sejarah modern tentu tak mudah diterima begitu saja oleh Rusia.

Pemimpin Rostec Sergei Chemezov melihat pergolakan sebagai peluang untuk membangun industri penerbangan yang kuat dan mandiri.

Baca Juga: NASA Ingin Tabrak Asteroid Dengan Pesawat Ruang Angkasa, Rencana Gila!

"Pesawat asing akan keluar dari armada penerbangan," ujar Chemezov seperti dikutip dari Reuters.

"Kami percaya bahwa proses ini tidak dapat diubah dan pesawat Boeing dan Airbus tidak akan pernah dikirim ke Rusia," sambungnya.

Ambisi mengembangkan 1.000 pesawat hingga tahun 2030 ditanggapi dengan sikap skeptis oleh pihak Barat.

Analais penerbangan AS Richard Aboulafia mengatakan bahwa ambisi tersebut "pada dasarnya tidak mungkin".

"Bahkan ketika mereka bisa mendapatkan semikonduktor dan komponen penting lainnya dari Barat, mereka akan mengalami kesulitan produksi lebih dari beberap ajet," ujarnya.

Sebagai perbandingan, selama berdirinya Uni Soviet dan Rusia, mereka baru hanya pernah mengembangkan sekitar 2.000 pesawat jet saja.

Baca Juga: Putin Angkat Hacker Pengkhianat AS 'Edward Snowden' Jadi Warga Rusia

Rostec mengaku bahwa mereka bersiap mengerjakan proyek pengembangan Sukhoi Super Jet dan MS-21 generasi baru.

Namun, Rusia masih perlu menyelesaiakan substitusi untuk suku cadang impor.

"Tujuan kami selanjutnya adalah, dalam waktu singkat menyelesaikan substitusi impor suku cadang untuk proyek penerbangan yang menjanjikan SSJ New dan MS-21," ujar Rostec.

(*)

Tag

Editor : Wahyu Subyanto