5 Tahun Lagi Mobil Listrik Bisa Terisi 90 persen dalam 10 menit

Sabtu, 03 September 2022 | 21:18
KOMPAS.COM

Mobil listrik Hyundai Ioniq 5 dipamerkan di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 di ICE BSD, Tangerang, Sabtu (13/8/2022).(KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Nextren.com - Bagi banyak orang Amerika, saat ini kendaraan listrik makin menggoda sehingga mereka berpikir untuk mengemudi mobil listrik dalam perjalanan panjang.

Saat ini mobil bertenaga BBM mungkin akan memungkinkan mereka bisa mengemudi sejauh 400 mil dengan tangki penuh, dan mengisi ulang hanya dalam beberapa menit.

Sementara di kendaraan listrik dalam kondisi baterai penuh, mungkin bisa berjangkauan antara 200 hingga 300 mil, dan perlu waktu pengisian ulang 15 hingga 30 menit sebelum bisa berjalan lagi.

Waktu pengisian yang masih lama itulah salah satu tantangan utama yang dihadapi para politisi pembuat kebijakan dan perusahaan mobil yang saat ini sedang berusaha meningkatkan adopsi kendaraan listrik.

Baca Juga: 4 Keunggulan Segway-ninebot D Series, Resmi Meluncur di Indonesia

Banyak konsumen yang skeptis dan selalu mencari alasan untuk tidak beralih ke mobil listrik, dilansir The Washington Post (27/8).

Dalam sebuah laporan minggu ini, para peneliti pemerintah mengatakan telah menemukan cara mengisi baterai mobil listrik hingga 90 persen, hanya dalam 10 menit.

Metode ini kemungkinan baru bisa masuk pasar lima tahun lagi, namun akan menandai terjadinya sebuah perubahan yang mendasar.

“Tujuannya penelitian pengisian baterai mobil listrik adalah agar menjadi sangat dekat dengan waktu yang biasa ditemui saat mengisi BBM di pompa bensin,” kata Eric Dufek, penulis utama studi dan ilmuwan di Idaho National Laboratory, sebuah pusat penelitian Departemen Energi.

Laporan penelitian nitu muncul saat pemerintahan Presiden Joe Biden mengambil tugas yang sulit, yaitu mencoba menyapih orang Amerika dari mobil-mobil yang boros bahan bakar dan mendorong mereka ke arah kendaraan listrik.

Meskipun miliaran dolar dikucurkan pemerintah untuk upaya tersebut, namun kendaraan listrik masih dipandang hanya dipakai kalangan elit, tidak dapat diandalkan, dan tidak praktis untuk diisi ulang, yang membuat orang ragu untuk berubah.

Saat ini, produsen mobil dan stasiun pengisian listrik umum menggunakan pengisi daya dengan berbagai tingkat waktu pengisian ulang.

Menurut Departemen Transportasi AS, pengisian yang paling lambat, yang dikenal sebagai pengisi daya level 1, bisa mengisi ulang baterai kendaraan listrik dalam 40 hingga 5 jam.

Beberapa pengisian tercepat, yang dikenal sebagai pengisi daya arus searah, bisa mengisi baterai hingga 80 persen dalam 20 menit hingga satu jam.

Jaringan pengisian cepat Tesla yang luas bisa memberikan menjangkau 200 mil hanya dalam 15 menit pengisian ulang baterai.

Namun peralatan yang dipakai membuatnya tidak bisa dipakai kendaraan listrik merek lain di Amerika Serikat.

Kabarnya, akhir tahun ini Tesla akan merilis peralatan pengisian cepat yang bisa digunakan oleh pengemudi non-Tesla.

Baca Juga: Test Drive Pacific Mizone di GIIAS 2022, Motor Listrik Gagah dan Lincah

Jika dibayangkan, maka mobil listrik Tesla seperti 'iPhone di atas roda' dan konsumen terkunci ke dalam ekosistemnya.

Tetapi perlombaan untuk pengisian cepat kendaraan listrik telah menghadapi hambatan selama dekade terakhir. Masalahnya adalah perlu keseimbangan yang rumit saat ingin mengisi baterai kendaraan listrik lebih cepat, namun tidak terlalu cepat karena bisa merusak baterai dalam jangka panjang atau menyebabkannya meledak.

Menurut para ilmuwan, mengisi baterai listrik dengan cepat bisa menyebabkan kerusakan, mengurangi masa pakai dan menurunkan kinerja baterai.

“Saat Anda memiliki baterai mobil listrik pertama kali, maka kinerjanya sangat bagus, namun setelah beberapa tahun atau beberapa ratus kali pengisian daya, maka baterainya menjadi tidak berfungsi dengan baik,” kata Eric D. Wachsman, direktur Institut Inovasi Energi Maryland, sebuah organisasi penelitian energi di University of Maryland.

Untuk mencoba mengatasi hal itu, Dufek dan timnya menggunakan machine learning untuk mengetahui berapa usia baterai saat diisi daya dengan cepat.

Algoritme machine learning itu dilatih untuk menganalisis 20.000 hingga 30.000 titik data, yang menunjukkan seberapa baik kinerja baterai sedang diisi, apakah sudah tua umur pakainya atau menurun kinerjanya.

Metode yang mereka temukan bisa mengisi baterai kendaraan listrik hingga 90 persen dalam 10 menit, kata Dufek, dan mereka berharap bisa lebih baik.

Dalam 5 tahun ke depan, tim Dufek berusaha menemukan cara untuk mengisi baterai hingga 20 mil per menit.

Jika ini tercapai, ini jauh melampaui kinerja pengisi daya super berkinerja terbaik saat ini, yang berkisar antara 10 hingga 15 mil per menit.

“Saya pikir kita bisa sampai di sana,” kata Dufek.

Wachsman mengatakan penelitian baru ini sangat membantu di lapangan. “Tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat,” katanya tentang pendekatan pengisian daya Dufek.

Baca Juga: Mobil Listrik Xiaomi Akan Diumumkan Agustus 2022, Harga Mulai Rp 200 Jutaan?

Tetapi manfaat yang lebih besar, adalah jika metode ini bisa memacu perusahaan mobil untuk membuat kendaraan listrik dengan baterai yang lebih kecil.

Dengan baterai lebih kecil, maka bisa diisi lebih cepat dan konsumen tidak terlalu khawatir berhenti secara teratur karena bisa mengisi ulang lebih cepat.

"Baterai yang lebih kecil adalah mobil yang lebih murah," katanya.

Namun ada masalah lain yang dihadapi industri.

JD Power and Associates mengatakan banyak pelanggan kendaraan listrik tidak puas dengan stasiun pengisian listrik umum, terutama karena unit tidak berfungsi.

Sebagian besar konsumen, akan memilih untuk mengisi daya mobil mereka di rumah, karena lebih nyaman dan lebih murah daripada stasiun pengisian umum.

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya