Nextren.com - Pelaku kriminal deep web dan dark web mengalami banyak kerugian akibat jatuhnya harga mata uang kripto.
Kejatuhan mata uang kripto seperti Bitcoin, dkk membuat pelaku kriminal deep web dan dark web untukberalih ke mata uangfiatatau fiat money.
Pelaku kriminal deep web dan dark web tak ingin mengambil resiko untuk bertransaksi dengan mata uang kripto yang nilainya tak stabil.
Baca Juga: Murahnya Harga Data Pribadi di Deep Web dan Dark Web Mulai Rp 75 Ribu: Ada SIM, Kartu Kredit, Paspor
Menurut penelitian dari perusahaan keamanan Cybersixgill, penjahat siber mencari cara untuk melindungi dana mereka yang dicuri dengan memindahkannya dari ata uang kripto ke mata uang fiat.
Pelaku kriminal deep web memanfaatkan bursa transfer underground yang tak terdeteksi oleh penegak hukum.
Bursa tersebut memungkinkan pelaku kriinal untuk melakukan money laundering atau pencucian uang.
Idealnya, pertukaran mata uang oleh pelaku kriminal mempertahankan campuran mata uang kripto dan mata uang kertas.
Sayangnya, hal tersebut berubah ketika nilai mata uang kripto anjlok.
"Ketika harga kripto turun, pelaku kriminal beralih ke bursa ini untuk membuangya demi fiat," ujar Dov Lerner, pemimpin keamanan di Cybersixgill.
Riset Cybersixgill menganalisis 34 aktor yang mengoperasikan pertukaran deep web pada tahun 2022.
Lerner mencatat bahwapelaku kriminal deep web dan dark web perlu membangun carangan beberapa mata uang dan merangcang mekanisme untuk menerima pembayaran di berabgai platform.
Mereka juga perlu memasarkan diri mereka sendiri untuk ditemukan dan membangun reputasi sehingga akan dipercaya oleh pengguna lain.
Baca Juga: Presiden Putin Melarang Kripto dan NFT di Rusia, Apa Alasannya?
Laporan tentang perubahan perilaku pelaku kriminal ini juga dilaporkan oleh vendor analiti Blockchain Chainalysis.
Vendor tersebut menerbitkan laporan tentang mixer cryptocurrency yang dirancang untuk menyembunyikan transaksi kripto dari pemerintah dan penegak huku.
Chainalysis menemukan bahwa penggunaan mixer mencapai titik tertinggi sepanjang asa pada pertengahan April di mana mata uang kritpo sedang anjlok besar-besaran.
Chainalysis mencatat bahwa lonjakan aktivitas besar didorong pelaku kriminal deep web dan grup hacker yang dibacking oleh negara seperti Lazarus Group dari Korea Utara.
Mereka enggunakan mixer untuk mengaburkan mata uang kripto yang dicuri dari berbagai organisasi pengembang kritpo seperti Axie Infinity.
(*)