Ukraina Timur dan Selatan 'Sekarat', Kyiv Tetap Tolak Perdamaian dengan Rusia

Senin, 23 Mei 2022 | 11:00
Reuters

Warga sipil Ukraina di tengah reruntuhan bangunan di kota Mariupol

Nextren.com -Krisis Ukraina hampir memasuki bulan ke-3 namun tak ada tanda perdamaian dari pihak Rusia dan Ukraina.

Rusia dan Ukraina masih bersikeras untuk berperang demi tujuan masing-masing dan enggan mengesampingkan ego demi perdamaian.

Rusia berambisi menuntaskan invasinya dengan perluasan penaklukan seluruh wilayah Ukraina dan mendapat kontrol penuh atas itu.

Sedangkan Ukraina mengesampingkan gencatan senjata ataupun konsesi teritorial dalam bentuk apa pun ketika Rusia meningkatkan serangannya di bagian Selatan dan Timur negaranya.

Baca Juga: Awalnya Gagah Tolak Damai dengan Rusia, Presiden Ukraina Mulai Ketakutan dan Ingin Perang Berakhir

Sikap tanpa kompromi rezim Zelenskyy ini dilatarbelakangi oleh situasi kemunduran aktivitas militer Rusia dalam beberapa pekan terakhir.

Kyiv khawatir mereka mungkin saja akan ditekan oleh beberapa pihak untuk mengorbankan tanah demi kesepakatan damai.

Sebelum tekanan tersebut datang, Kyiv telah memberi ketegasan bahwa mereka tak akan mengakhiri perang sebelum Rusia mengembalikan wilayah Ukraina yang dikuasai.

"Perang harus diakhiri dengan pemulihan penuh integritas dan kedaulatan wilayah Ukraina," tulis Kepala Staf Kepresidenan, Andriy Yermak dalam sebuah tweet pada Minggu pagi (22/5).

Baca Juga: Pejabat Rusia Penentang Invasi ke Ukraina Tertangkap di Perbatasan AS-Meksiko, Apa Penyebabnya?

Presiden Polandia Andrzej Duda mendukung keputusan Ukraina untuk tak berdamai dengan Rusia ketika ada tekanan dari internasional.

Dilansir dari Reuters, Duda mengatakan kepada anggota parlemen di Kyiv bahwa masyarakat internasional harus menuntut Rusia menarik pasukannya dari Ukraina tanpa mengorbankan wilayah apapun.

Duda menegaskan, penyerahan wilayah Ukraina ke Rusia berarti pukulan besar bagi negara Barat.

"Suara-suara yangmengkhatirkan telah muncul, mengatakan bahwa Ukraina harus menyerah pada tuntutan Putin," ujar Andrej Duda.

"Hanya Ukraina yang berhak memutuskan masa depannya," pungkas Andrzej Duda.

Baca Juga: Musuh dalam Selimut, China Tega Permalukan Vladimir Putin di Perang Rusia dan Ukraina

Sementara itu, baru-baru ini Rusia melancarkan serangan besar-besara di Luhansk, Donbass dan mengakhiri perlawanan pejuang Ukraina selama berminggu-minggu.

Kemudian, Rusia juga berhasil merebut kota Mariupol secara penuh dan memaksa pasukan Ukraina menyerah di pelabuhan tenggara Mariupol.

Kemenangan tersebut membuat wilayah Ukraina Selatan dan Timur 'sekarat' dan berpotensi lepas sepenuhnya dari kontrol militer Ukraina.

(*)

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya