Nextren.com - Pandemi telah mengubah banyak hal di masyarakat, dan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi operator selular seperti XL Axiata.
Performa keuangan operator seluler XL Axiata berhasil terus tumbuh di kuartal pertama tahun 2022 meskipun menghadapi kompetisi ketat, serta kondisi ekonomi nasional yang belum pulih sepenuhnya akibat pandemi Covid-19.
Perseroan berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 8% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY), dengan kontribusi layanan data yang semakin solid. Pada periode ini, perseroan juga berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 139 miliar.
Pencapaian tersebut antara lain sebagai hasil dari upaya meningkatkan pengalaman pelanggan (customer experience) dan digitalisasi yang didukung oleh peningkatan kualitas jaringan.
Baca Juga: Sinyal 5G di Samsung Galaxy A73 5G Bisa Langsung Dipakai di Indonesia? Ini Jawabannya Menurut CEO XL Axiata, Dian Siswarini, dalam keterangannya kepada Nextren (12/5), peningkatan customer experience kini menjadi salah satu fokus utama mereka dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
Strategi ini dipandang sebagai cara terbaik untuk menghadapi kompetisi bisnis yang terus berlangsung ketat, daripada merespon persaingan tarif layanan.
Hasilnya, kondisi kuartal pertama setiap tahun yang biasanya selalu berat, pendapatan XL Axiata tetap terus tumbuh secara YoY, dengan kontribusi pendapatan layanan data kini mencapai 96%. Hingga akhir Maret 2022, total jumlah BTS 2G dan 4G XL Axiata mencapai lebih dari 133 ribu unit dari sebelumnya 94 ribu di akhir Maret 2021, dengan BTS 4G meningkat menjadi lebih dari 83 ribu.
Area yang terlayani jaringan 4G juga bertambah menjadi sebanyak 460 kota/kabupaten.
Sesuai program pemerintah untuk mematikan BTS 3G, maka perusahaan berhasil menutup BTS 3G lebih cepat.
Di akhir Maret 2021 jumlah BTS 3G sebanyak 52 ribu hanya tersisa sebanyak 4.566 BTS di Maret 2022 ini, yang diharapkan bisa dituntaskan semuanya di kuartal kedua 2022. Peningkatan jaringan tersebut searah dengan tingkat penggunaan layanan data yang lebih tinggi oleh pelanggan.
Selama periode 3 bulan pertama di 2022, trafik data XL Axiata meningkat pesat hingga naik 34% YoY dari 1.391 Petabyte menjadi 1.857 Petabyte. Akses internet yang lebih cepat berdampak positif pada pemakaian aplikasi digital, termasuk aplikasi milik perusahaan, yaitu myXL dan Axisnet. Kedua aplikasi itu mengalami peningkatan pengguna aktif bulanan sejak awal pandemi.
Baca Juga: Huawei P50 Pro di Indonesia Tidak Terkoneksi Jaringan 5G, Ini Alasannya
Layanan konvergensi terus dikenalkan kepada masyarakat Indonesia, sekaligus meningkatkan manfaatnya.
Hasilnya, penetrasi layanan konvergensi ini telah mencapai 19%, yang berarti menunjukkan kuatnya permintaan atas produk ini.
Akuisisi terhadap Linknet yang baru saja dilakukan akan sangat mendukung pengembangan produk konvergensi ini di masa mendatang. Di periode kuartal pertama 2022 ini, pendapatan layanan data tercatat sebesar Rp 5,91 triliun, naik 10% YoY. Sementara itu EBITDA kuartal pertama 2022 meningkat sebesar 2% (YoY) menjadi Rp 3,17 triliun, dengan margin 47%. Di sepanjang triwulan pertama 2022 ini, beban biaya operasional meningkat 14% (YoY) menjadi Rp 3,57 triliun dari Rp 3,13 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Meningkatnya biaya operasional ini dipengaruhi dari meningkatnya beban Biaya Regulasi serta Biaya Penjualan dan Pemasaran. Perseroan juga berhasil meningkatkan ARPU blended menjadi Rp 36 ribu dari Rp 35 ribu di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan jumlah pelanggan meningkat menjadi sebanyak 57 juta dengan tingkat penetrasi smartphone meningkat 3% YoY menjadi 93%. Dari sisi keuangan, diklaim dalam posisi sehat dan terkendali, meskipun jumlah utang meningkat di kuartal pertama 2022 secara YoY.Utang kotor meningkat 12% YoY dan utang bersih meningkat 16% YoY. Adapun free Cash Flow (FCF) meningkat sebesar 59%, ke angka Rp 1,94 triliun. Rasio utang bersih terhadap EBITDA terbilang masih baik mencapai 2,7x, dan tidak ada utang berdenominasi USD.
Baca Juga: Cara Aktifkan Jaringan 5G di iPhone 12 dan iPhone 13, Gak Pakai Ribet!
Sebanyak 81% dari pinjaman yang ada saat ini berbunga mengambang (floating) dan pembayarannya masih dapat dikelola hingga dua tahun ke depan. Untuk membiayai pembangunan jaringan dan mendorong pertumbuhan pendapatan, capitalized capex menurun 35% YoY menjadi Rp 1,23 triliun. Penurunan ini disebabkan karena faktor jadwal pelaksanaan pembelanjaan modal meskipun jumlah belanja modal secara tahunan masih akan tetap sama.
Rencananya di tahun 2022 ini XL Axiata juga akan mengalokasikan belanja modal dengan nilai relatif sama dengan tahun lalu sekitar Rp 9 triliun. Peluang Bisnis 2022 Ada sejumlah peluang positif di Industri Telekomunikasi Indonesia di tahun 2022 yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk dapat meningkatkan performa ke depan.
Pertama, pemulihan ekonomi diprediksi akan bisa terlaksana seiring dengan diprediksi akan meredanya Covid-19 pada tahun 2022. Kedua, cara kerja digital, termasuk di lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari masyarakat, akan menciptakan permintaan jangka panjang struktural untuk data.
Baca Juga: Sinyal 3G Semua Operator di Indonesia Akan Dimatikan, Ini Penyebabnya
Ketiga, potensi peningkatan permintaan untuk layanan fixed broadband (FTTH) karena tuntutan bekerja dari rumah dan kerja secara hibrida.
Keempat, terkait keberadaan Omnibus Law, regulasi ini membawa peluang positif jangka panjang bagi industri melalui efisiensi capex dan opex untuk 5G serta manfaat lainnya. Kelima, peluang pengembangan Layanan Konvergensi yang sangat luas di masa mendatang.
Layanan Konvergensi bisa digunakan satu keluarga, dengan memberikan banyak kemudahan dan manfaat tambahan, seperti akses ke layanan hiburan.
Secara bisnis, layanan konvergensi akan meminimalkan tingkat churn serta meningkatkan loyalitas pelanggan.