Nextren.com -Hubungan internasional antara negara-negara di Asia Timur kembali memanas.
Kondisi mengkhawatirkan ini terjadi setelah Korea Utara melakukan pengujian rudal balistik yang ke-14 kalinya pada awal tahun 2022 ini.
Dilansir dari CNN, pengujian rudal balistik dilakukan pada hari Sabtu (7/5).
Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, rudal yang diuji coba adalah rudal balistik jarak pendek.
Rudal tersebut mencapai ketinggian sektiar 60Km di atas lintasan sepanjang 600Km.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan bahwa rudal jarak pendek tersebut ditembakkan dari kapal selam.
Militer Korea Utara disebut mulai menembakkan rudal pada pukul 14.07 waktu setempat dari daerah Sinpo di pantai timur Korea Utara.
Penjaga pantai Jepang mengkonfirmasi uji coba rudal balistik yang dilakukan Korea Utara di Laut Jepang.
Ia menyebutkan bahwa rudal tersebut telah jatuh di Laut Jepang atau yang dikenal dengan Laut Timur pada pukul 14.25 waktu setempat.
Korea Selatan dalam Kondisi Siaga
Peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara ini dilakukan 3 hari menjelang pelantikan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol.
Dilansir dari ABC News,pejabat intelijen Korea Selatan mengatakan bahwa peluncuran rudal oleh Korea Utara dianggap sebagai pelanggaran keras terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
Korea Selatan mengatakan bahwa tindakan Korea Utara telah menimbulkan ancaman serius yang merusak perdamaian dan stabilitas nasional.
Pejabat Intelijen Korea Selatan mengatakan bahwa saat ini negaranya mempertahankan kondisi Siaga menjelang pelantikan Yoon Suk-yeol.
Baca Juga: Hacker Korea Utara Lakukan Pencurian Kripto Terbesar di Dunia, Bobol Rp 8,8 Triliun!
Di awal tahun 2022 ini, Korea Utara melakukan pengujian rudal dan senjata nuklir yang jauh lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai perbandingan, rezim Kim Jong Un melakukan 14 pengujian di tahun 2022, sedangkan ia hanya melakukan 4 tes di 2020, dan 8 tes di 2021.
Hal ini menunjukan adanya ambisi besar Korea Utara untuk memperkuat militernya dan memberi ancaman serius bagi negara tetangga, khususnya Korea Selatan dan Jepang.
(*)