Elit Rusia Dikabarkan Akan Racuni Putin, Mulai Tak Sabar Terkena Sanksi Barat

Senin, 21 Maret 2022 | 19:11
axh-az.com

Direktur FSB, Oleksandr Bortnikov

Nextren.com - Sanksi ekonomi negara-negara Barat kepada Rusia, dikabarkan mulai membuat marah para petingginya.

Bahkan muncul isu kudeta putin, yaitu kabar adanya perwira elit Rusia yang ingin meracuni Putin dan menggantikannya dengan penerus terpilih.

Menurut pejabat intelijen Ukraina yang dilansir kantor berita Daily Mirror, tujuannya untuk memulihkan hubungan dagang dengan Barat.

Tentu saja itu baru klaim sepihak dari Ukraina yang biasa disebarkan dalam kondisi perang, untuk perang urat syaraf dan melemahkan semangat lawan.

Intelijen Ukraina mengklaim bahwa elit Rusia disebut telah menyusun rencana untuk 'meracuni' Vladimir Putin dan menanamkan penerus yang akan memulihkan hubungan perdagangan dengan Barat.

Baca Juga: Rusia Pakai Rudal Hipersonik: Kecepatan 14 Ribu KM per Jam, Tak Bisa Dideteksi Radar Manapun

Menurut Kepala Direktorat Intelijen Ukraina, sekelompok orang berpengaruh di Rusia telah mulai merencanakan untuk mencopot Putin dari jabatannya.

Badan intelijen Ukraina mengatakan bahwa direktur FSB Oleksandr Bortnikov adalah orang yang dipilih untuk menggantikan Putin - memimpin badan yang merupakan penerus KGB yang menakutkan.

Putin adalah direktur badan intelijen Rusia sebelum dia menjadi Presiden.

Dulu Putin dan Bortnikov sama-sama bertugas di KGB Leningrad.

Orang dalam dilaporkan marah pada Putin, akibat efek invasi Ukraina pada ekonomi Rusia yang telah terpukul keras oleh sanksi Barat.

Menurut Kepala Direktorat Intelijen, Bortnikov dan beberapa perwakilan berpengaruh lainnya dari elit Rusia sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk mencopot Putin dari kekuasaan.

Cara pencopotan Putin disebut bisa berupa keracunan makanan, penyakit mendadak, atau 'kebetulan' lainnya tidak dikecualikan.

Bortnikov tidak disukai oleh Putin, setelah kekalahan militer Rusia dalam tiga minggu pertama perang Ukraina.

Diketahui Putin juga telah memecat delapan jenderal.

Hingga saat ini menurut pihak Ukraina, Rusia telah kehilangan sekitar 15.000 tentara.

Baca Juga: Rusia Berhasil Hancurkan Senjata Ukraina dengan Drone Buatan Israel

Salah satu sumber intelijen Ukraina mengatakan bahwa Bortnikov baru-baru ini dipermalukan oleh Putin.

Alasannya menjadi sebuah aib pemimpin FSB, yaitu melakukan kesalahan perhitungan yang fatal dalam perang melawan Ukraina.

Dalam perang Ukraina, Bortnikov dan departemennya bertanggung jawab menganalisis suasana Ukraina dan kemampuan tentara Ukraina.

Bortnikov diyakini punya jaringan orang dalam yang bekerja dan tinggal di Ukraina, tempat ia menjadi agen rahasia selama bertahun-tahun.

Sebuah sumber barat mengatakan kepada Daily Mirror bahwa rumor dan kecurigaan di lingkaran dalam Moskow ini akan menabur benih paranoia dan keraguan dalam kepemimpinan.

Saat elit Rusia menerima sanksi, maka mereka akan menganalisa masa depan dengan memperhatikan apa pengaruh bencana perang ini bagi mereka, dan hal itu akan menjadi lebih buruk.

Ada kecurigaan besar bahwa sejumlah tim kecil mungkin kini benar-benar mencoba menyingkirkan Putin.

Tetapi apakah mereka akan berhasil, masih harus dilihat.

Tentu saja tim pendongkel Putin ini mendapat banyak sekali dorongan dari berbagai tokoh berpengaruh di negara barat.

Baca Juga: Ukraina Minta NATO & AS Kirim Rudal S-300, Bisa Serang 12 Jet Tempur Sekaligus

Meskipun Ukraina sangat menderita dari invasi ini, namun yang terpenting bagi Ukraina adalah militer Rusia telah salah langkah di setiap strateginya, sehingga Ukraina bisa memprediksi gerakan militer dan melumpuhkan pasukan mereka.

Sangat mungkin seseorang telah membocorkan informasi dan memberikan dorongan untuk melakukannya, mungkin dengan tawaran masa depan di negara barat atau bahkan di Rusia sendiri.

Akhir pekan ini Ukraina mengatakan bahwa bagian dari skuadron tempur Chechnya yang terkenal telah dikirim kembali ke Rusia setelah banyak tentara mereka tewas.

Usulan tentang Bortnikov adalah orang yang bisa menggantikan Putin bisa dianggap mengejutkan, mengingat bagaimana kedua orang itu telah lama bekerja sama di Rusia.

Mereka berdua bertugas di KGB di Leningrad, sebelum Bortnikov mengambil alih badan keamanan yang berganti nama.

Menurut penyelidikan mendalam oleh Dossier Centre, FSB Bortnikov adalah otak dan jantung dari rezim Putin, seperti sebuah "negara di dalam negara."

Tag

Editor : Wahyu Subyanto