Rusia Berhasil Hancurkan Senjata Ukraina dengan Drone Buatan Israel

Kamis, 17 Maret 2022 | 20:44
v

Drone Forpost-2

Nextren.com - Ukraina sukses mengandalkan Drone Bayraktar TB-2 buatan Turki untuk menghadapi serangan Rusia.

Berbagai kendaraan militer kelas berat termsauk tank, berhasil dihancurkan oleh drone buatan Turki tersebut.

Rusia akhirnya juga menggunakan UAV Forpost-R, untuk melakukan serangan udara di Ukraina.

Menurut laporan situs Janes, drone Forpost-R berasal dari UAV Searcher II Israel yang dibuat di Rusia.

Drone Forpost-R bisa dipakai untuk misi serangan maupun pengintaian.

Baca Juga: Canggihnya Drone Bayraktar TB2 di Ukraina, Sukses Hancurkan Tank Rusia

Dilansir The EurAsian Times, Rabu (16/3/2022), Kementerian Pertahanan Rusia (MoD) pada 13 Maret merilis sebuah video drone Forpost-R yang dilengkapi persenjataan, lepas landas lalu terbang dan menghancurkan sistem roket peluncuran ganda (MLRS) Ukraina.

Dari beberapa video yang beredar di media sosial, drone Forpost-R itu berhasil mendatangkan malapetaka pada pasukan militer Ukraina dan persenjataannya.

Forpost adalah UAV pengintai yang dibangun oleh Ural Civil Aviation Plant (UZGA), berbasis di Yekaterinburg di bawah produksi lisensi berdasarkan drone Searcher Mk II UAV Israel.

Rusia telah memperoleh lisensi pembuatan drone ini pada tahun 2015.

Namun pada 2016, saat hubungan antara Barat dan Rusia memburuk, Israel menyerah pada tekanan AS dan menghentikan pengiriman komponen ke Rusia.

Hal itu mendorong Kementerian Pertahanan Rusia untuk meluncurkan program Forpost di dalam negeri Rusia, dengan memprioritaskan pengembangan varian serangan drone.

Sebelumnya Forpost telah dipakai untuk pengawasan, pengintaian, akuisisi dan mencari target, penyesuaian tembakan artileri, penilaian kerusakan serta pengawasan misi.

Pada Agustus 2019, Kementerian Pertahanan merilis video UAV yang dikenal sebagai Forpost-R.

Fase pengujian Forpost-R diklaim telah berakhir dan UAV akan mulai beroperasi pada tahun 2020.

UAV baru ini diklaim dilengkapi mesin piston APD-85 buatan Rusia, elektro-optik, elektronik, sistem datalink, dan bekerja pada perangkat lunak buatan Rusia sendiri.

Baca Juga: Drone Kapal CHCNAV APACHE 3 Untuk Bantu Cegah Bencana Banjir

Bodi Forpost-R juga diperkuat untuk menambah daya tahannya.

UAV bisa terbang maksimum selama 18 jam, berat lepas landas 500 kg, ketinggian 20.000 kaki, dan jangkauan maksimum sekitar 400 kilometer.

Drone Tempur Andalan Rusia

Tak cuma Forpost-R, inilah deretan drone tempur andalan Rusia:

Kronshtadt Orion

Orion mulai dikembangkan tahun 2011 dan sukses terbang perdana pada Mei 2016.

Tahun 2019 Orion dikirim ke Suriah untuk menjalankan misi tempurnya.

Tahun 2020, satu batch drone Orion diterima Kementerian Pertahanan Rusia untuk operasi uji coba.

Drone lalu dilibatkan dalam latihan militer skala besar Rusia-Belarusia, Zapad pada September 2021.

Spesifikasi Orion adalah panjang 8 m, tinggi 2 m, dan rentang sayap 16 m, dengan mesin turboprop Saturn 36MT berdaya 100 hp.

Kecepatan maksimum drone ini 200 km/jam, mampu terbang setinggi 8.000 m, dan bisa bertahan di udara selama 24 jam.

Baca Juga: Cara Kerja Pelumpuh Drone Milik Paspampres, Dipakai di PON XX Papua

Drone bisa dipasang senjata seberat 200 kg, yaitu bom KAB-50, amunisi berpemandu UPAB-50S, serta rudal UPAB-50S.

Kronshtadt Sirius

Sirius yang dibekali mesin turboprop ganda, lebih bertenaga daripada Orion.

Ukurannya panjang 9 m, rentang sayap 30 m, tinggi 3,3 m, dan bisa memuat senjata hingga 450 kg.

Sirius berkecepatan maksimum 295 km/jam, mampu terbang hingga 12.000 meter dan mampu terbang sekitar 40 jam nonstop.

Simonov Altius-U

Pengembangan Simonov sejak 2011, hingga prototipe ke-4 Altius-U sukses terbang perdana pada 20 Agustus 2019.

Drone Altius-U berukuran panjang 11 m dan rentang sayap kurang lebih 28 meter dengan MTOW hingga 6 ton.

Tenaga penggeraknya berupa sepasang mesin diesel irit dengan bahan bakar RED A03/V12 yang masing-masing berdaya 500 hp.

Kecepatan drone ini 250 km/jam, ketinggian terbang 12.000 m, jangkauan operasi sejauh 10.000 km dam durasi terbang 24 jam penuh.

Baca Juga: Drone Tempur S-70 Okhotnik Rusia, Mampu Terbang 1000 Km/jam Bawa Rudal 6 Ton

Altius-U mampu memuat perangkat pengintaian hingga dua ton, berupa peralatan optik dan sensor serta synthetic-aperture ground-surveilance radar.

Varian bersenjata drone Altius-U ini disebut punya kemampuan dua kali lipat dibandingkan drone Kronshtadt Orion.

Sukhoi S-70 Okhotnik-B

Mulai dikembangkan sejak 2011, Sukhoi dipilih Kementerian Pertahanan Rusia untuk memimpin program pengintaian tak berawak dan drone serang kelas berat sebagai pengganti MiG Skat.

Sukhoi S-70 berhasil terbang perdana pada 3 Agustus 2019, dan ditargetkan untuk dikirim ke angkatan bersenjata Rusia pada 2024.

S-70 ini ditenagai mesin turbojet AL-31, sehingga kecepatannya mencapai 1.000 km/jam dengan jangkauan maksimum 6.000 km.

Ada dua ruang senjata internal untuk menampung hingga 2.000 kg amunisi terpandu, termasuk bom dan rudal udara ke permukaan.

S-70 bisa beroperasi secara mandiri, berkelompok dengan sesama S-70 lainnya atau bergerak bersama jet tempur generasi ke-5 Su-57.

Kronstadt Grom

Selain merancang drone intai serang Orion dan Sirius, perusahaan Kronstadt juga melansir jet serang siluman tak berawak Grom (Thunder).

Drone Grom berkecepatan 1.000 km/jam, ketinggian terbang maksimum hingga 12.000 m dengan radius tempur 700 km.

Muatannya mencapai 2.000 kg dengan persenjataan berupa bom pintar, serta rudal udara ke darat seperti KAB-500, MAM-L, KAB-250-LG-E, dan Izdelie 85.

Grom mampu melakukan misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR), serangan, serta peperangan elektronik baik beroperasi sendiri ataupun dalam kelompok otonom berjaringan.

Grom akan beroperasi dalam satu tim dengan pesawat tempur Su-35 dan jet siluman Su-57 untuk menerobos sistem pertahanan udara musuh dan menghancurkannya.

Tag

Editor : Wahyu Subyanto