Nextren.com - Tragedi jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 awal tahun lalu masih jelas dalam ingatan.
Pada 9 Januari 2021 lalu pukul 14.44 WIB, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dinyatakan hilang kontak sesaat setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pada pukul 14.36 WIB.
Saat itu, pesawat dengan rute penerbangan Jakarta-Pontianak itu diperkirakan jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang.
Pesawat Boeing 737-500 itu mengangkut 62 orang terdiri dari 12 kru pesawat, 40 penumpang dewasa, 7 orang anak, dan 3 bayi. Tak ada penumpang yang selamat dalam kecelakaan penerbangan Tanah Air ini.
Beberapa minggu setelah kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182, Boeing menerbitkan buletin keamanan untuk seluruh pilot yang menerbangkan pesawat B737 di seluruh dunia.
Buletin keamanan itu terbit setelah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengumumkan laporan awal investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182.
Buletin keamanan yang diterbitkan pada 15 Februari 2021 dan dikirim ke semua maskapai di dunia yang mengoperasikan pesawat Boeing, seolah menjadi sedikit petunjuk penyebab SJ182 jatuh.
Dalam buletin tersebut, Boeing mengingatkan agar pilot-pilot selalu memonitor perilaku pesawat (attitude) dengan seksama.
Sebab, insiden kecil saja bisa berujung fatal.
"Kru penerbangan aktif agar memperketat monitoring kondisi pesawat dan manajemen flight path (jalur penerbangan) untuk mencegah pesawat dalam kondisi upset," tulis Boeing seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (18/1/2022).
Baca Juga: Sinyal 5G di AS Ganggu Sistem Penerbangan, Bagaimana Kondisi di Indonesia?
Upset adalah kondisi di mana perilaku pesawat sulit untuk dikendalikan lagi.
Dalam kasus Sriwijaya Air SJ182, KNKT menjelaskan pesawat B737-500 itu masuk dalam kondisi upset setelah perilaku pesawat terlalu miring.
KNKT sendiri juga mengonfirmasi bahwa Sriwijaya Air SJ182 mengalami apa yang disebut thrust asymmetry, yaitu kondisi di mana daya dorong mesin kanan dan kiri pesawat tidak sama, sehingga membuat sikap pesawat miring ke satu sisi.
Boeing dalam buletinnya juga menulis bahwa kehilangan kontrol penerbangan saat terbang, menjadi satu penyebab kecelakaan yang kontribusinya besar saat ini dalam dunia penerbangan komersil.
Terkait kecelakaan SJ182, yang kemungkinan berawal dari masalah autothrust yang tergolong minor, Boeing berpendapat bahwa pilot harus tetap waspada akan tanda-tanda yang tidak normal sepanjang penerbangan.
Apa yang terjadi pada Sriwijaya Air SJ182
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam laporan awal (preliminary report) kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 melaporkan bahwa adanya anomali di perangkat throttle pesawat Boeing 737-500.
Throttle adalah tuas untuk mengatur tenaga yang dikeluarkan mesin di pesawat, tempatnya berada di tengah kokpit antara kursi pilot dan kopilot, karena dioperasikan oleh keduanya.
Tenaga Ahli KNKT Kapten Prita Wijaya, dalam konferensi pers Rabu (10/2/2021), mengatakan memang terjadi perbedaan daya dorong mesin (thrust asymmetry), tetapi ia juga mengatakan bahwa mesin kanan dan kiri tetap bekerja dengan normal.
Baca Juga: Jenis-Jenis NFT yang Dijual di Marketplace OpenSea dan TokoCrypto
"Yang kita lihat memang berbeda (thrust), tapi mengapanya (bisa terjadi) masih didalami," ujar Kapten Prita.
Sementara itu, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan bahwa ada 13 komponen lain yang terkait dengan gerakan autothrottle ini. "Mengapa anomali, penyebabnya komponen yang mana, kami belum bisa menentukan," kata Sorjanto kala itu.
Investigasi lanjutan Hingga satu tahun pasca-kecelakaan Sriwijaya Air SJ182, KNKT juga belum merilis final report atau hasil investigasi akhir SJ182.
Pada 13 Januari 2022 lalu, KNKT merilis interim statement pertama (pernyataan sementara), dengan menyertakan hasil pembacaan cockpit voice recorder (CVR), namun tidak mengungkap isi percakapannya.
“Data CVR berhasil diunduh oleh para investigator KNKT dan memuat 4 channel terpisah, dengan data suara terekam di setiap channel selama 2 jam,” tulis KNKT.
Investigasi yang belum berkesimpulan yakni berkaitan dengan autothrottle computer, autothrottle servo, flight control computer (FCC), uji kecocokan sinyal flight spoiler surface position & flight spoiler position yang diterima autothrottle computer, serta simulasi kecelakaan berkaitan dengan FDR (flight data recorder) dan CVR (cockpit voice recorder) pesawat.
KNKT memastikan investigasi berlanjut dengan data dan analisis berdasarkan informasi yang telah dihimpun saat ini.
Investigasi lanjutan akan berkisar pada penyebab masalah tuas dorong, riwayat perawatan sistem autothrottle, kinerja pilot dan pelatihannya dalam mencegah dan menangani gangguan, kemungkinan masalah operasional akibat kelalaian manusia, dan masalah organisasi.
Namun, KNKT memastikan tetap membuka peluang investigasi jika ditemukan masalah lain di kemudian hari.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peringatan dari Boeing, Jadi Petunjuk Penyebab Sriwijaya Air SJ182 Jatuh?"Editor : Reska K. Nistanto