Laporan wartawan Nextren, Fahmi Bagas
Nextren.com - Google menampilkan sosok pelopor jurnalis wanita pertama di Indonesia yakni Roehana Koeddoes di halaman awal pencarian.
Google Doodle spesial Roehana Koeddoes dipajang oleh pihak perusahaan pada hari Senin, (8/11/21).
Roehana Koeddoes sendiri merupakan sosok Pahlawan Nasional yang sudah ditetapkan oleh pemerintah berkat jasa-jasanya di dunia jurnalistik.
Baca Juga: Google Play Points Rilis di Indonesia, Begini Cara Menggunakannya
Bukan hanya Pahlawan Nasional, Roehana Koeddoes juga pernah dinobatkan sebagai Perintis Pers Indonesia oleh Menteri Penerangan, Harmoko.
Perempuan yang lahir di Sumatera Barat pada tahun 1884 silam itu juga dikenal sebagai jurnalis wanita pertama yang berani untuk melawan nilai-nilai yang mengekang kebebasan wanita di jamannya.
Roehana Koeddoes pun diketahui telah menciptakan berbagai macam karya tulis.
Kebanyakan dari karya tersebut berisikan tentang keresahannya terhadap nasib perempuan.
Dan dorongan Roehana Koeddoes untuk membuat sederet karya tulis disebutkan karena kecintaannya pada kegiatan membaca surat kabal lokal sejak usia tujuh tahun.
"Sepanjang karirnya, Koeddoes terus menulis artikel yang mendorong perempuan untuk membela kesetaraan dan melawan kolonialisme, dengan beberapa mencapai pengakuan nasional," ungkap Google melalui halaman resminya.
Baca Juga: Game Lokal 'Selera Nusantara' Masuk Nominasi Google Play Awards, Dukung Yuk!
Perjuangan Koeddoes pun dinilai sudah membuat jurnalis wanita dianggap lebih kritis dan berani dari sebelumnya.
Lalu siapa Roehana Koeddoes dan bagaimana kisahnya?
Roehana Koeddoes adalah seorang putri dari Moehammad Rasjad Maharadja Soetan yang merupakan seorang kepala jaksa di masanya.
Baca Juga: 151 Aplikasi Android Bisa Sedot Pulsa Diam-diam, Sudah Diunduh 10,5 Juta Kali
Saat itu, jabatan ayah Roehana sebagai kepala jaksa adalah jabatan penting dan berkelas.
Roehana Koeddoes sendiri merupakan kakak tiri dari Soetan Sjahrir yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia.
Ayah dari Roehana pun dikatakan sebagai seseorang yang paling berjasa dalam perkembangan intelektualnya.
Sebab, Rasjad sengaja berlangganan surat kabar dan menyediakan buku-buku untuk bisa dibaca oleh anak perempuannya tersebut.
Roehana juga dibekali dengan berbagai macam tulisan mulai dari buku politik, hukum, dan sastra milik ayahnya.
Baca Juga: Fitur Baru Google Keyboard Bisa Cek Grammar Otomatis, Makin Canggih
Selain itu, Roehana juga membaca sejumlah buku milik keluaga Lebi Bajo, seorang jaksa yang merupakan rekan dari sang ayah.
Kecintaan Roehana Koeddoes pada karya tulis pun semakin ditunjukannya dengan cara membaca sambil berteriak lantang.
Baca Juga: Google Umumkan Android 12L, Ini Bedanya dengan Android 12
Awalnya warga sekitar menganggap Roehana aneh, namun lama kelamaan, hal itu justu menjadi daya tarik masyarakat untuk bisa ikut belajar.
Dan akhirnya, di tahun 1991 didirikan sebuah sekolah pertama di Indonesia yang khusus diperuntukkan bagi wanita bernama sekolah Koeddoes.
Sekolah tersebut mengayomi pendidikan perempuan mulai dari literasi bahasi Arab sampai nilai-nilai moral.
Roehana Koeddoes pun memutuskan untuk memperluas pengaruhnya terhadap pendidikan wanita dengan cara menjadi jurnalis wanita pertama di Indonesia.
Baca Juga: Perbandingan Hasil Kamera iPhone 13 Pro Max vs Google Pixel 6 Pro, Bagus Mana?
Ia pun menjadi sosok penting pada awal mula berdirinya surat kabar perempuan Soenting Melajoe.
Surat kabar itu pun secara langsung dapat menginspirasi perkembangan beberapa surat kabar khusus perempuan lainnya di Indonesia.
Baca Juga: Ternyata Indonesia Terbanyak Minta Hapus Konten di Google
Roehana Koeddoes pun wafat di tanggal 17 Agustus 1972 dengan kondisi masih memimpin surat kabar Perempuan Bergerak yang tetap sesuai dengan tujuan hidupnya sedari awal.
Jadi begitulah sepenggal kisah singkat dari Roehana Koeddoes yang saat ini ditampilkan sebagai Google Doodle di laman awal pencarian Google.
(*)