Kisah Pembajak Menembus Denuvo, Proteksi Anti Bajakan Untuk Game

Minggu, 04 Februari 2018 | 21:56
Nextren

Pembajak berhasil menembus proteksi anti bajakan di game Assassins Creed Origins

Laporan Wartawan Nextren, Kama Adritya

Nextren.grid.id -Salah satu yang menjadi momok bagi pembuat game adalah pembajakan game.

Terutama di PC, di mana tingkat pembajakan terhadap game merupakan yang paling tinggi di antara platform game lain saat ini seperti Playstation 4, Xbox One, ataupun Nintendo Switch.

Untuk itu para pembuat game ataupun publisher game kemudian menggunakan jasa pihak ketiga yang menawarkan proteksi anti bajakan, atau yang biasa disebut sebagai Anti Piracy/Tamper DRM (Digital Rights Management atau Hak Cipta Digital).

Salah satu pemberi jasa tersebut adalah Denuvo yang dibuat oleh pengembang asal Austria.

(BACA:UPDATE: Sampai Tanggal 4 Februari 2018, Promo Andromax Belum Tersedia)

Asal-usul Denuvo

Pada awal kemunculannya di September 2014 lalu, Denuvo sesumbar bahwa proteksi miliknya tidak akan pernah bisa ditembus oleh pembajak.

Butuh waktu 3 bulan setelah game pertama yang menggunakan Denuvo berhasil dibajak oleh para pembajak.

Namun, bagi publisher game hal ini merupakan nafas segar karena biasanya sebelum ada Denuvo, game-game dapat dibajak hanya dalam hitungan hari atau bahkan jam.

Sebelum Denuvo, game bahkan ada yang sudah bisa dibajak sebelum gamenya rilis secara resmi.

Terlebih lagi, bagi publisher game, masa meraup keuntungan dari sebuah game itu hanyalah 30 hari setelah rilis saja. Sehingga jika gamenya butuh waktu 90 hari baru bisa dibajak berarti sudah di atas ekspektasi.

Denuvo
Denuvo

Denuvo sesumbar bahwa proteksi mereka tidak akan bisa ditembus pembajak

(BACA:Cara Atasi Masalah Koneksi Internet dengan Setting APN, Ini Caranya)

Meski demikian, proteksi dari Denuvo ini juga mengundang kontroversi. Terutama karena menurut para analis, sistem DRM anti bajakan tersebut menghabiskan kinerja komputer lebih dari semestinya.

Konon Denuvo yang terbaru juga memperlambat kinerja CPU hingga 30-40%, dan membuat gambar jadi patah-patah karena CPU bekerja terlalu keras.

Bahkan ada beberapa laporan yang mengatakan bahwa sistem Denuvo ini merusak storage SSD karena sistem Denuvo tersebut dianggap sering melakukan proses tulis ke dalam storage.

Sistem Denuvo yang mengharuskan pengguna untuk selalu terhubung ke Internet juga menjadi kontroversi terhadap gamer yang tidak punya akses internet.

Denuvo kebobolan

Seiring waktu, akhirnya para pembajak berhasil menembus proteksi yang dibuat oleh Denuvo yang sudah mencapai rilis versi ke 3.

Waktu untuk membajaknya kian mengecil, dan mencapai puncaknya di tahun 2017 lalu di mana game seperti Resident Evil 7 berhasil dibajak hanya dalam waktu 5 hari setelah rilis.

Bahkan game Middle Earth: Shadow of War dan FIFA 2018 bisa dibajak di saat hampir bersamaan dengan hari rilisnya. Semua masih menggunakan Denuvo versi 3.

CPY
CPY

Resident Evil 7, game Denuvo yang berhasil dibobol dalam 5 hari

(BACA:3 Hal Ini Bikin Kamu Milih Xiaomi Redmi 5A daripada Redmi 4A)

Sampai akhirnya Denuvo merilis versi terbaru, yaitu versi 4.8, upaya para pembajak pun kembali terhenti. Game seperti Assassins Creed Origins, Injustice 2, dan yang menggunakan versi terbaru ini kembali aman dari tangan pembajak.

Terutama Assassins Creed Origins buatan Ubisoft yang menggunakan 3 lapis proteksi, yaitu Denuvo versi 4.8, VRProtect, dan proteksi online buatan Ubisoft sendiri di Uplay.

Hal tersebut menjadi tantangan bagi para pembajak, hingga akhirnya kelompok pembajak asal Italia, yaitu CONSPIR4CY atau biasa disebut CPY berhasil membobolnya.

CPY ini jugalah yang 'mengalahkan' proteksi Denuvo versi 3, dan kini mereka berhasil membobol kombinasi Denuvo versi 4.8, VRProtect, dan Uplay.

Meski mereka membutuhkan waktu hampir selama 3 bulan untuk dapat membobolnya, namun sampai Denuvo berhasil membuat rilis versi terbaru, maka tidak ada game yang tidak bisa dibobol.

Game seperti Injustice 2, Star Wars Battlefront 2, Final Fantasy XII: Zodiac Age, Dragon Ball FighterZ, sampai dengan Far Cry 5 yang belum rilis pun tidak aman karena masih menggunakan Denuvo versi 4.8.

Ubisoft
Ubisoft

Game Far Cry 5 yang belum rilis juga rentan terhadap pembajakan

(BACA:4 Hape Rp 800 Ribuan Saingan Evercoss M50, Belum 4G dan Fingerprint)

Pembajak cepat atau lambat akan kalah

Meski kesannya pembajak selalu menang, namun seiring dengan makin majunya teknologi, maka sumber daya yang dimiliki para pembajak untuk membajaknya juga akan semakin menipis.

Terutama dengan hadirnya era Blockchain, Artificial Intelligence, dan Machine Learning. Ketiga teknologi tersebut akan semakin mempersulit gerak pembajak.

Belum lagi gerakan aparat hukum Internasional yang terus memburu para pembajak ini secara aktif demi menjaga hak cipta seseorang.

Beberapa kelompok pembajak ternama bahkan mulai berpikir untuk menghentikan aksi mereka karena mereka semakin terancam dan tugasnya juga menjadi semakin sulit.

Kelompok pembajak seperti 3DM, Razor 1911, dan RELOADED juga sempat vakum dan berniat untuk menghentikan aksi mereka akibat alasan di atas.

Razor1911
Razor1911

Razor 1911 adalah pembajak legendaris dari zamannya Commodore64, kini mereka hampir pensiun

(BACA:Cara Tandai Kontak Penting Di WhatsApp Agar Pacar Tidak Ngambek)

Belum lagi pertikaian antar kelompok, seperti yang terjadi antara SKIDROW dan CPY. Di mana SKIDROW mengatakan bahwa metode yang digunakan CPY ataupun pembajak lainnya sudah tidak sesuai etika crackers.

Padahal untuk membobol proteksi anti bajakan terkini, justru butuh kolaborasi antar kelompok, seperti yang dilakukan STEAMPUNK dengan CODEX lewat CODEPUNKS mereka.

Jika demikian, maka cepat atau lambat pembajakan akan segera punah.

Atau justru mereka malah memanfaatkan teknologi canggih dan terbaru itu untuk membajak dengan cara yang tidak terpikirkan?

Saat ini belum ada yang bisa menjawabnya, perang antara pembajak dan publisher game pun akan terus berlangsung. (*)

Editor : Kama

Baca Lainnya