Nextren.com - Kinerja Huawei dalam pasar persaingan smartphone dinilai sudah tidak seagresif beberapa tahun ke belakang.
Sebab hasil riset Canalys mencatat bahwa Huawei telah merosot ke posisi enam merek dengan pengapalan terbanyak di kuartal terakhir (Q4) 2020.
Disebutkan oleh salah satu analis dari Canalys bahwa kondisi tersebut merupakan akibat dari sanski AS.
Seperti yang kita tahu, Huawei sudah masuk ke dalam daftar entitas AS sejak tahun 2019.
Baca Juga: Inilah Tampilan Mobil Listrik Pertama Huawei, Rilis Bulan April 2021
Dan kondisi itu pun telah membuat Huawei berjuang untuk tetap bisa bertahan di industri.
Perusahaan asal Tiongkok itu pun sudah menjual sub-brand terbesarnya yakni Honor.
Kendati demikian, langkah Huawei untuk cari keuntungan baru masih belum berhenti.
Laporan dari Bloomberg menyebutkan bahwa Huawei akan memanfaatkan keunggulannya dalam hak paten 5G.
Menurut data dari IPlytics, Huawei mencatat angka sebesar 15,4 persen paten 5G aktif secara global pada bulan Februari 2021.
Persentase tersebut jika dikonfersi menjadi angka maka disinyalir berjumlah 3.007 portofolio.
Baca Juga: Meski Terseok, Huawei Pimpin Daftar Paten 5G Global di Februari 2021
Dengan jumlah paten 5G yang terbanyak di dunia itu pun Huawei dikatakan bakal menjalankan aturan royalti untuk beberapa perusahaan.
Jason Ding, selaku Head of Intellectual Property Huawei menjelaskan bahwa perusahaannya akan mengenakan tarif sebagai persentase harga jual perangkat.
Baca Juga: OPPO Geser Huawei, Jadi Vendor HP Dengan Pasar Terbesar di China
Ia menyebut bahwa royalti yang diberikan juga masih dalam taraf yang wajar karena dibatasi di angka 16 Yuan atau sekitar Rp 36 ribu.
"Untuk setiap ponsel yang menggunakan teknologi 5G Huawei yang bisa bekerja, Huawei akan menerima 2,5 USD dalam bentuk royalti," ungkap Ding, dikutip dari Techspot.
Dengan adanya kebijakan baru Huawei ini, diperkirakan bahwa Huawei akan memperoleh sektar 1,2 hingga 1,3 miliar USD dari biaya lisensi dari tahun 2019 hingga 2021.
Diharapkan juga bahwa strategi ini dapat membuat Huawei dapat bersaing dengan perusahaan lain seperti Nokia, Qualcomm, dan Ericsson juga memberikan royalti bagi para vendor yang menggunakan teknologi jaringannya.
Baca Juga: Paten HP Huawei Tunjukan Adanya Dua Layar, di Depan dan Belakang
Nantinya Huawei juga disebutkan akan menggunakan keuntungan barunya ini untuk fokus dalam pengembangan jaringan seluler berikutnya.
Pembuatan Jaringan 6G Huawei
Rumor kencang menyebut bahwa Tiongkok bersama dengan Huawei dan ZTE sedang berusaha untuk mengembangkan jaringan 6G untuk masa depan.
Baca Juga: China Coba Kembangkan Jaringan 6G, Dua Perusahaan IT Ini yang Membantu
Kabar ini juga sudah mulai terdengar sejak pertengahan tahun 2020 lalu.
Huawei dikatakan bakal jadi perusahaan pertama yang bakal mencoba untuk membuat jaringan 6G pertama kali.
Pasalnya perusahaan teknologi ini merupakan salah satu yang terdepan dalam urusan perluasan jaringan 5G di seluruh dunia.
Catatan pada kuartal tiga (Q3) tahun 2020 menyatakan bahwa Huawei menyumbang 32,8 persen pasar peralatan komunikasi global.
Pada bulan Juni 2020, Ren Zhengfei, selaku CEO dan Pendiri Huawei mengatakan bahwa perusahaannya akan memimpin proyek pengembangan jaringan 6G.
Baca Juga: Pembuatan Jaringan 5G di Indonesia Punya Tantangan, Ini Kata Telkomsel
Huawei juga sudah berkolaborasi dengan Chian Unicorn dan Galaxy Aerospace untuk mencapai integrasi udara-ruang-darat dalam membuat jaringan tersebut.
Huawei pun dikatakan sudah membangun pusat R&D 6G di wilayah Perancis, dikutip dari Gizchina (18/3).
Zhengfei memperkirakan bahwa jaringan 6G baru akan diperkenalkan pada tahun 2030.
Setidaknya masyarakat dunia diharuskan menunggu sekitar 10 tahun lalu, untuk bisa merasakan jaringan penerus 5G tersebut.
(*)