Laporan wartawan Nextren, Fahmi Bagas
Nextren.com - Indonesia merupakan negara yang tingkat pendapatan ekonominya didukung oleh sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah UMKM di Indonesia telah mencapai 64 juta pelaku.
Angka itu pun dikatakan memiliki persentase sebesar 99,9 persen dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia.
Kendati demikian, saat ini masih hanya sekitar belasan juta UMKM saja yang sudah beralih ke platform digital atau digitalisasi.
Baca Juga: Inilah 5 Teknologi Bagi UMKM Agar Bisnis Maksimal Saat Pandemi
Salah satu alasan mengapa pelaku usaha UMKM enggan untuk digitalisasi diketahui antara lain adalah karena banyaknya tindakan serangan siber yang menyasar segmen tersebut.
Selama masa pandemi, sejumlah aksi cybercrime seperti phising menjadi yang paling banyak menyerang para pengusaha tersebut.
Lantas apa alasannya pelaku UMKM menjadi sasaran empuk para oknum kejahatan dunia maya?Mari kita simak di halaman berikutnya.
Menjelaskan mengenai hal tersebut, kondisi itu berkaitan dengan kompetensi keamanan pengguna teknologi di Indonesia.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh CfDS dan Gojek, ditemukan bahwa kompetensi keamanan pengguna teknologi di Indonesia berada di tingkat basic hingga intermediate.
Baca Juga: Cara Mudah Membuat QR Code Sendiri, Pas Buat Inovasi Pebisnis UMKM
Pada acara virtual yang diselenggarakan oleh Gojek, Kamis (18/2), dijelaskan bahwa catatan tersebut berdasarkan kasus penipuan yang sering menggunakan teknik rekaya sosial atau social engeneering.
Mitra UMKM yang tertipu acap kali belum memahami pentingnya keamanan sebagai pengguna teknologi digital.
Melanjuti temuan tersebut, Yosi Mokalu atau Yosi 'Project Pop', selaku Ketua Umum Siberkreasi menerangkan bahwa ada dua faktor yang membuat pengusaha UMKM merasa menjadi incaran hacker.
Baca Juga: Cara Kembangkan Bisnis GoFood Saat Tren Transaksi Digital Meningkat
"Bukan UMKM yang menjadi sasaran serangan siber tapi sumber transaksinya," ungkap Yosi.
Seperti yang kita tahu, di Indonesia memiliki banyak pengusaha yang memiliki skala bisnis di sektor UMKM.
Dan hal itu jelas membuat tingkat transaksi di sektor tersebut cukup tinggi dibanding skala yang lebih besar.
Faktor lainnya adalah mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh pelaku UMKM.
Yosi mengatakan, "Alasan pengetahuan yang berbeda-beda menjadi faktor mengapa UMKM banyak disasar oleh peretas."
Baca Juga: Ini 6 Langkah Bijak Memakai Aplikasi Kencan Online Ala Siberkreasi
Ia pun mengatakan bahwa UMKM diharuskan untuk mendapatkan bimbingan yang tepat.
Kalau tidak, pelaku usaha akan mendapatkan informasi yang kurang dan kesulitan untuk membedakan aksi penipuan digital.
Baca Juga: Rencana Merger Gojek-Tokopedia Makin Dekat, Listing di Indonesia dan AS Senilai Rp 560 Triliun
Untuk ke depannya, masyarakat diharapkan untuk melengkapi pengetahuan diri agar tidak udah tertipu.
Pasalnya para penjahat siber diprediksi akan melakukan skema-skema baru untuk menjebak para korban ke depannya.
(*)