Rudal Hipersonik Canggih Rusia dan China Jadi Mimpi buruk Eropa

Selasa, 29 Desember 2020 | 17:02
(TASS/Alexei Nikolsk)

Jet tempur Mikoyan MiG-31 membawa rudal penjelajah Kinzhal yang diklaim merupakan senjata hipersonik Rusia.

Nextren.com - Pertarungan teknologi canggih terlihat sangat sengit di ranah teknologi militer.

Beragam teknologi terbaru seringkali dikembangkan oleh militer, termasuk cikal bakal internet dan satelit.

Beberpaa negara maju kini sedang dalam persaingan keras untuk berpcau dalam teknologi militer, salah satunya rudal berkecepatan sangat tinggi.

Sejumlah media Jerman kini memperingatkan pengembangan senjata hipersonik Rusia dan China.

Baca Juga: Rusia Sukses Uji Rudal Dengan 8 Kali Kecepatan Suara, Jarak 450 Km Dicapai Hanya 4 Menit

Peringatan itu mengatakan bahwa senjata itu menimbulkan "mimpi buruk" bagi keamanan Eropa.

Melansir Express.co.uk, Gerhard Hegmann, seorang jurnalis di Die Welt, mengatakan adopsi rudal hipersonik Moskow dan Beijing menandai "spiral ancaman" baru ke Eropa dari Rusia dan China.

Reporter itu mencatat ketakutan baru-baru ini terhadap pangkalan militer AS di Ramstein, di mana Jerman menggambarkannya sebagai kekuatan destruktif persenjataan Rusia.

Hegmann mengatakan, pangkalan AS disiagakan ketika sebuah kapal selam Rusia melakukan uji rudal balistik antarbenua (ICBM).

Sementara AS terus-menerus waspada terhadap ancaman, dia menambahkan senjata hipersonik yang hampir tidak mungkin untuk dicegat.

"Dengan munculnya apa yang disebut senjata hipersonik, rantai peringatan yang ada tentang peluncuran rudal dan sistem rudal anti-balistik menjadi tidak berguna dan waktu untuk bereaksi terhadap peluncuran berkurang secara drastis," jelas Hegmann.

Jurnalis itu kemudian mengutip para ahli Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman yang menyatakan rudal hipersonik akan merusak keseimbangan kekuatan antara negara-negara nuklir.

Para ahli menunjukkan kepada Hegmann, Rusia dan China memimpin dalam pengembangan senjata hipersonik, tetapi mengatakan AS berkomitmen untuk mengejar ketinggalan.

Baca Juga: Gunakan Teknologi Satelit, Begini Cara AS Lolos dari Serangan Rudal Iran

Departemen Pertahanan AS mengumumkan awal tahun ini bahwa mereka telah mendirikan pangkalan baru untuk mengembangkan senjata hipersonik.

Tujuannya untuk menerjunkan "kemampuan senjata hipersonik yang diluncurkan dari udara dan bernapas udara" dalam waktu tiga tahun.

Australia juga mengumumkan pada awal bulan bahwa mereka akan bekerja sama dengan AS untuk bersama-sama mengembangkan rudal jelajah guna melawan China dan Rusia.

Menteri Pertahanan Australia Linda Reynolds berkata: "Kami akan terus berinvestasi dalam kemampuan-kemampuan canggih untuk memberi Angkatan Pertahanan Australia lebih banyak pilihan untuk mencegah agresi terhadap kepentingan Australia."

Tetapi analis keamanan Jerman mengklaim, Rusia tidak peduli dengan kemajuan Amerika karena mereka memiliki pertahanan yang efektif terhadap senjata hipersonik.

Rusia telah mengembangkan sistem rudal S-500 Prometey untuk mencegat persenjataan hipersonik, dan juga memiliki "rudal pencegat tak dikenal yang dimodifikasi" menurut para analis.

Menurut Kementerian Pertahanan AS, S-500 diharapkan akan dikerahkan oleh angkatan bersenjata Rusia pada tahun 2021.

Sergei Surovikin, komandan Pasukan Dirgantara Rusia, mengatakan akan mampu menghancurkan senjata hipersonik di ruang dekat Bumi.

Baca Juga: AS Umumkan Rudal Hipersonik 9600 Km/Jam, Rudal Rusia Masih jauh Lebih Cepat Dengan 26 Ribu Km/Jam

Itu terjadi setelah China dan Rusia berupaya memperkuat hubungan strategis untuk menunjukkan kekuatan kepada Joe Biden, Presiden terpilih.

Anggota Dewan Negara China dan Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan kepada media pemerintah China, The Global Times, hubungan Beijing dengan Moskow harus lebih stabil karena dunia menjadi "lebih bergolak".

Dia juga menyerang AS karena penindasan terhadap China dan Rusia, setelah panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

"AS masih memegang tongkat sanksi sepihak dan bertentangan dengan tren zaman, dan hanya akan meninggalkan catatan yang lebih memalukan di dunia," jelas Wang seperti yang dikutip Express.co.uk.

Pada 22 Desember, China dan Rusia mengadakan patroli udara bersama di Laut Jepang dan Laut China Timur.

China mengirim empat pembom strategis H-6K berkemampuan nuklir "untuk membentuk formasi bersama" dengan dua pembom Tu-95 Rusia yang terkenal.

Tujuannya untuk melakukan patroli bersama sebagai "bagian dari rencana kerja sama militer tahunan" antara kedua negara.

Baca Juga: Pasca Iran Serang Pertahanan Amerika Serikat, Harga Bitcoin Meroket

Pengumuman dari menteri pertahanan China dan Rusia menjelang latihan mengatakan latihan itu bertujuan untuk lebih mengembangkan kemitraan strategis komprehensif China-Rusia di era baru.

Selain itu juga untuk meningkatkan tingkat koordinasi strategis kedua militer dan kemampuan operasional bersama-sama serta menjaga stabilitas strategis global.

The Global Times mengutip pakar China yang mengatakan latihan itu akan menjadi "rutinitas" di masa depan.

Artikel ini tayang di kontan.co.id, dengan judul : Mimpi buruk Eropa: Rusia dan China kembangkan rudal hipersonik

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya