Mahasiswa Stanford Kumpulkan 400 Laptop Untuk Siswa Belajar di Rumah

Senin, 16 November 2020 | 11:15
Hero Images

Belajar di rumah secara online

Nextren.com - Pandemi yang berkepanjangan karena virus tidak hanya berdampak di Indonesia, namun Amerika Serikat juga.

Semua pelajar di negara tersebut juga beralih secara online, yang dimana juga membutuhkan sebuah perubahan untuk kurikulum siswa.

Yang tidak terduga ialah, negara tersebut ternyata banyak yang tidak memiliki akses internet atau komputer di rumah.

USAFacts merupakan sebuah organisasi non-partisan yang didanai oleh mantan CEO Microsoft Steve Ballmer.

Baca Juga: 15 Ribu Siswa Tes Online ZTST, 96 Pemenangnya Raih Beasiswa Zenius dan Telkomsel Senilai Rp 3 Miliar

Mereka mengatakan 4,4 juta rumah tangga dengan anak-anak tidak memiliki akses yang konsisten ke komputer untuk pembelajaran online selama pandemi.

Melihat permasalahan tersebut dua mahasiswa dari Stanford University, Isabel Wang dan Margot Bellon berusaha untuk memberikan solusi.

Mereka membuat situs yang dinamakan Bridging Tech yang saat ini sudah menyediakan lebih dari 400 laptop rekondisi untuk anak-anak yang paling membutuhkannya.

Pelajar yang mendapatkan laptop, beberapa diantaranya tinggal di tempat penampungan tunawisma.

Dimulai dengan siswa di Bay Area di mana ada sekitar 2.000 siswa tunawisma.

Keduanya terlihat berkomitmen untuk membangun organisasi yang langgeng dan mereka selalu peduli tentang kesenjangan digital.

Melansir Tech Crunch, Wang dibesarkan di Cleveland, ia terlibat sejak awal dalam inisiatif kesehatan masyarakat yang latar belakangnnya kurang terlayani dan berlanjut ke akses yang adil pada pendidikan.

Sedangkan Bellon, seorang jurusan biologi yang bertemu Wang di Outdoor House, sebuah rumah bertema luar ruangan yang diprakarsai oleh siswa di Stanford.

Baca Juga: Pengguna Internet Indonesia Hampir 200 Juta, Internetan 8 Jam Sehari

Mereka memiliki minat yang sama sejak awal, Bellon menjadi sukarelawan di penampungan tunawisma di sekolah menengah dan perguruan tinggi, pengalaman yang membuatnya sadar akan tantangan yang ditimbulkan oleh kurangnya akses ke teknologi.

Bagi banyak orang, mendapatkan WiFi berarti harus berlama-lama di luar Starbucks, catatnya, dan seringkali, satu-satunya komputer yang tersedia ada di dalam perpustakaan.Saat dunia tutup pada musim semi, Bellon menyadari opsi-opsi ini tidak lagi tersedia bagi banyak orang yang sangat membutuhkannya, sama seperti Wang memiliki kekhawatiran yang sama.

Teman-teman bergabung dan sekarang 30 relawan lainnya, hampir semuanya sesama mahasiswa Stanford, juga berkontribusi dalam upaya tersebut.

Baca Juga: Serunya Finalis Samsung Galaxy Movie Studio 2020 Belajar Film Langsung Dari Ahlinya

Sejauh ini, Bridging Tech berfokus untuk membagikan laptop bagi siswa yang tidak memiliki akses ke teknologi.

Perusahaan teknologi Citrix dan Genetech telah menjadi salah satu donor yang lebih besar.

(*)

Tag

Editor : Wahyu Subyanto

Sumber Tech Crunch