Nextren.com - China ternyata tidak main-main dengan ancamannya yang akan menggunakan kekuatan militer terhadap Taiwan, jika pulau bersistem demokrasi tersebut tidak mau tunduk di bawah kekuasaannya.
Pada Sabtu (10/10) kemarin, China menggelar simulasi serangan habis-habisan terhadap Taiwan.
Dalam simulasi perang itu, militer China menggunakan drone, pasukan khusus dan pasukan udara secara bertahap untuk mempersiapkan invasi besar kepada Taiwan.
Latihan mengerikan itu dilaporkan oleh CCTV, media siaran dari pemerintah China. Hal itu menjadi pertanda untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, karena sebuah media resmi pemerintah mau memberi tahu semua pihak tentang persiapan mereka untuk menyerang negara Taiwan.
Baca Juga: Salah Satu Pendiri OnePlus Keluar Dari Perusahaan, Ini Alasannya
Baca Juga: Video Unboxing Xbox Series X Bocor di Media Sosial, Apa Saja Isinya?
"Hal ini menandai tindakan agresi terbaru dari Beijing di Laut China Selatan, untuk melanjutkanpeningkatan kehadiran angkatan laut dari China di perairan sengketa," tulis berita tersebut seperti dilansir Express.co.uk Selasa (13/10).
Simulasi serangan dilakukan pada Hari Nasional Taiwan, dengan latihan dimulai pada malam hari.
Laporan CCTV tersebut merinci bagaimana pasukan China masuk dari berbagai lokasi, untuk menunjukkan kesiapan mereka untuk melakukan invasi.
Laporan tersebut menambahkan: "Latihan tersebut, dengan integrasi efektif dari beberapa kekuatan tempur baru, akan meningkatkan kemampuan tempur sebenarnya dari pasukan China dalam pendaratan bersama dan serangan tiga dimensi."
Beijing telah meningkatkan latihan militernya, karena memandang Taiwan sebagai bagian dari China daratan, dan ingin menyatukan kembali negara-negara itu dengan cara apa pun.
Sementara saat China melakukan latihan tersebut, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mendesak Beijing untuk melakukan "dialog yang berarti".
Berbicara pada perayaan Hari Nasional, dia mencela kebuntuan Selat Taiwan yang "cukup menegangkan", dan mendesak Beijing untuk menemukan resolusi damai.
Dia berkata: "Selama otoritas Beijing bersedia menyelesaikan antagonisme dan meningkatkan hubungan lintas selat, sementara paritas dan martabat dipertahankan, maka kami bersedia bekerja sama untuk memfasilitasi dialog yang berarti."
Baca Juga: Samsung Tiongkok Pilih Hapus Produk BTS Karena Komentar RM BTS Dianggap Negatif
Baca Juga: Disney Umumkan Akan Ubah Fokus ke Platform Streaming Film-Nya
Laporan sebelumnya dari Taiwan, merinci dampak tekanan besar latihan Angkatan Udara China di atas Selat tersebut pada keuangan negara.
Pasalnya Taiwan harus menghabiskan US$ 1,3 miliar untuk mengacak jet tempurnya sendiri melawan serangan itu.
Beijing telah membalas seruan Tsai untuk melakukan pembicaraan damai, dan mengklaim Taiwan telah menolak hal yang tak terhindarkan.
Sementara dalam peringatan mengerikan kepada negara pulau itu, Zhu Fenglian, juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Beijing, mengatakan kepada Taipei bahwa "pemikiran konfrontatif dan permusuhan" terhadap China telah menghentikan dialog.
Dia kemudian menambahkan: "Kemerdekaan Taiwan adalah jalan buntu, sementara konfrontasi tidak akan mengarah ke mana pun."
China memutuskan pembicaraan kemerdekaan formal dengan Taiwan, setelah presiden Tsai menjabat pada 2016, lalu perlahan-lahan meningkatkan tekanan militer di negara itu sejak saat itu.
Taiwan juga melaporkan pada hari Minggu, bahwa militer China telah memasuki lagi wilayah udara terbatas Taiwan.
Serangan itu menandai ke-17 kalinya China mengirim pesawat militer ke Taiwan sejak 16 September 2020 lalu.
Menteri pertahanan Taiwan mengatakan negara itu telah menghabiskan lebih dari delapan persen dari anggaran militernya tahun ini, untuk menangani penerbangan dari China.
Baca Juga: Xiaomi Pilih Gunakan Teknologi UWB Untuk Kontrol AIoT di Rumah
Baca Juga: Exynos 1080 Raih Skor Hampir 700 ribu di AnTuTu, Siap Dipakai vivo?
Su Tzu-yun, analis di Institute for National Defense and Security Research, mengatakan kepada Business Insider bahwa penerbangan pesawat tempur yang berulang itu adalah "semacam gesekan dan taktik perang psikologis untuk menguras kekuatan Taiwan dan mengurangi kewaspadaan publik terhadap kemungkinan serangan China".
Latihan militer Taiwan menandai penampilan militer China terbaru di Laut China Selatan, setelah AS mulai melakukan intervensi.
Misil alutsista militer China
Pada hari Minggu, Beijing mengirim kapal dan jet secara cak untuk melacak kapal perusak rudal AS John S McCain, saat melewati pulau-pulau yang dikuasai China, di perairan yang disengketakan itu.
Kolonel Zhang Nandong, Juru Bicara Komando Teater Selatan PLA, sangat marah atas hegemoni navigasi terang-terangan dan provokasi militer AS yang secara serius melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China, dan sangat membahayakan perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
Dia menambahkan: "Kami mendesak pihak AS untuk segera menghentikan tindakan provokatif semacam itu, dan secara ketat mengelola dan mengontrol operasi militer maritim dan udaranya agar tidak menimbulkan kemungkinan apa pun."
Artikel ini tayang di kontan.co.id, dengan judul : Militer China siapkan invasi ke Taiwan secara habis-habisanReporter: Noverius Laoli