Satelit Multifungsi Satria Rp 6,9 Triliun Milik Indonesia Diluncurkan Tahun 2023 Pakai Roket Elon Musk

Kamis, 03 September 2020 | 19:25

Apa saja Kemampuan Satelit Internet Satria?

Laporan Wartawan Nextren, Zihan Fajrin.

Nextren.com -Pasifik Satelit Nusantara (PSN) pada hari ini (3/9) melakukan penandatanganan Preparatory Work Agreement (PWA) dengan Thales Alenia Space (TAS).

Dengan begitu kontruksi pembangunan satelit Republik Indonesia (Satria) telah diresmikan untuk siap pada tahun 2023.

Alasan adanya proyek ini, pemerintah Indonesia berupaya untuk menjadi Civil Society yang mempermudah berbagai sektor dengan menghadirkan satelit Satria.

Satria diharapkan bisa memperlancar atau mempermudah akses internet bagi pendidikan, pemerintahan, kesehatan, perekonomian dan lainnya.

Baca Juga: Jelang Pilkada 2020, Menkominfo Jaga Ruang Digital Ibarat Bendungan dan Sawah

Kesetaraan akses internet ini menyapa seluruh bangsa Indonesia untuk menghadapi masa depan yang digital well.

Dalam live YouTube, Adi Rahman Adiwoso, CEO PT. Satelit Nusantara Tiga (Konsorsium PSN) mengatakan untuk permasalahan pembiayaan dan investasi diserahkan ke pihak swasta yang akan dibayar melalui avaibility payment selama 15 tahun.

Proyek satelit multifungsi Satria ini pun memiliki nilai investasi sebesar Rp 6,9 triliun dan sempat tertunda karena pandemi Covid-19 yang berdampak juga pada dirgantara serta satelit.

Tertunda karena beberapa hal seperti supply chain, terlambatnya pengoperasian fasilitas untuk pabrikasi, dan kurangnya ketenagakerjaan sejak Maret 2020.

Baca Juga: Parah! Ada 110 Ribu Rekening Penipuan Online, Bisa Cek Sendiri di Situs Kominfo Ini

Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Johnny G. Plate, mengatakan PWA menandai dimulainya manufacturing satelit Satria yang mencakup dua kegiatan pokok.

"Yang pertama melakukan tinjauan kebutuhan muatan sistem satelit yang merupakan penyesuaian desain satelit dengan permintaan pengguna, permintaan kita (Indonesia)," ujar Johnny.

Lalu yang kedua melakukan tinjauan status kualifikasi komponen, yang merupakan tinjauan kualifikasi komponen-komponen satelit yang dipersyaratkan.

Peluncuran satelit Satria akan diterbangkan dengan roket Falcon 9 5000 yang diproduksi oleh SpaceX, perusahaan asal Amerika Serikat milik Elon Musk.

Baca Juga: Menkominfo Tanggapi ICW Soal Anggaran 90 Miliar Buat Influencer

Zihan Fajrin

Johnny G. Plate

Satelit Satria memiliki spesifikasi khusus yang dikenal dengan High Throughput Satellite (HTS) yang memiliki kapasitas 150 ribu GB per second.

"Proyek ini nantinya akan menghadirkan akses Wi-Fi gratis di 150 ribu titik layanan publik di berbagai penjuru nusantara," kata Johnny.

Dari setiap titik akan tersedia minimal 1MB per second, 150 titik tersebut terdiri 93.900 ribu terdiri dari titik sekolah umum dan pesantren, 47.900 titik kantor desa, kantor kelurahan di daerah, 3.700 titik fasilitas kesehatan, dan 4.500 titik layanan publik lainnnya.

Johnny mengatakan, proyek ini menandai peluang investasi yang mendatang dan semakin besar.

Baca Juga: Kominfo RI Akan Beli Mesin Rp 1 Triliun Untuk Blokir Situs Judi dan Porno Tanpa Libatkan Operator

Mengapa kita memerlukan satelit ini?

Indonesia hingga saat ini telah membangun jaringan tulang punggung broadband fiber optik sepanjang 348 ribu KM darat dan di dasar laut, termasuk fiber optik palapa ring dengan panjang 12 ribu KM.

Pemerintah dengan operator seluler telah membangun 479 ribu base station BST di sepanjang tanah air, serta membangun Microwave Link di wilayah-wilayah yang hampir tidak membangun fiber optik.

"Dan kita menggunakan 9 satelit untuk memenuhi kebutuhan komunikasi kita saat ini, setara dengan 50GB," ungkap Johnny.

Baca Juga: Akhirnya China Punya Sistem Satelit Navigasi Sendiri untuk Saingi GPS Amerika

Ia melanjutkan proyeksi kebutuhan satelit Indonesia sampai tahun 2030, selambat-lambatnya 2035 setara dengan 0,9TB, yang saat itu diharapkan kecepatan Wi-Fi di seluruh titik, 20MB per second.

Bila satelit Satria sudah berhasil ditempatkan di orbit pada tahun 2033, diharapkan kecepatan internet pada 150 ribu titik yang disebutkan mendapat sekurang-kurangnya 1MB per second.

Pada intinya Menkominfo menginginkan dari 83.218 desa dan kelurahan, ada 12.548 desa yang belum mendapat sinyal 4G agar terselesaikan di tahun 2022.

Momentum ini juga menandai peningkatan ekonomi digital termasuk mendukung digitalisasi sistem pembayaran melalui infrastruktur telekomunikasi.

Baca Juga: Duh! Satelit Indosat dan PSN Hancur Saat Diluncurkan di China, 1 Roket Mati di Ketinggian 170 Km

(*)

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya