Jaringan 5G Disebut Berbahaya Hingga Picu Penyakit Kanker, Benarkah?

Minggu, 23 Agustus 2020 | 17:00
Gizmochina

ilustrasi Teknologi 5G di dunia

Nextren.com -Jaringan 5G pada beberapa smartphone mulai diterapkan termasun di negara Indonesia sendiri.

Walaupun untuk di Indonesia jaringan 5G belum resmi untuk digunakan karena regulasinya yang belum jelas.

Meski begitu negara lain seperti China dan Amerika Serikat sudah bisa menggunakan jaringan ini.

5G dianggap menghasilkangelombang radio yang digunakan untuk mentransmisikan 5G menyebabkan virus atau melemahkan sistem kekebalan, membuat seseorang lebih rentan terhadap Covid-19.

Baca Juga: Bye SMS-an, Xiaomi Kini Buat Aplikasi 5G Messages Untuk Penggunanya

Namun pernyataan tersebut tidak berdasar buktinya.

Tapi itu tidak menghentikan ancaman terhadap insinyur broadband dan kemungkinan serangan pembakaran terhadap infrastruktur smartphone di Inggris.

Pejabat pemerintah di sana menyebut gagasan itu sebagai konspirasi gila.

Di AS, Badan Manajemen Darurat Federal mengeluarkan pernyataan menanggapi rumor yang menyatakan, teknologi 5G tidak menyebabkan virus corona.

Baca Juga: BlackBerry Siap Kembali! Akan Rilis Smartphone 5G Tahun Depan!

Kejadian ini hanyalah yang terbaru dari serangkaian panjang klaim dan kecurigaan pada 5G, yang menjanjikan kecepatan secepat kilat.

Serta jaringan yang memiliki kemampuan untuk memberdayakan teknologi baru seperti mobil tanpa pengemudi.

Kekhawatiran tentang efek 5G pada kesehatan menyebar bahkan sebelum virus corona.

Konsumen selama bertahun-tahun telah mengkhawatirkan kemungkinan efek kesehatan dari radiasi dalam segala hal mulai dari gelombang mikro pada ponsel.

Hal itu didorong oleh klaim bahwa gelombang udara radio menyebabkan kanker otak, penurunan kesuburan, sakit kepala pada anak-anak dan penyakit lainnya.

Baca Juga: X50 Pro 5G Jadi Hape 5G Pertama realme, Resmi Masuk Indonesia Bareng Smart TV

Para ahli mengatakan bahwa studi lebih lanjut tentang panjang gelombang yang dipakai jaringan 5G memperlihatkan sejauh ini tidak ada yang harus dikhawatirkan.

Penelitian biologi terbaru yang mengamati efek potensial radiasi 5G tidak menemukan hubungan antara teknologi dan kesehatan manusia.

"Berdasarkan penelitian kami, kami tidak berpikir radiasi 5G itu berbahaya," ujar Subham Dasgupta, seorang rekan postdoctoral di Oregon State University, yang menerbitkan temuan pada awal Juli dari studi tentang efek radiasi 5G pada ikan zebra.

"Ini sebagian besar jinak," lanjutnya mengutip CNET.

Baca Juga: Trafik Data Naik 40 Persen Lebih, XL Axiata Siapkan 5G Lewat Fiberisasi Jaringan

Menurut lembaga ahli dan studi juga, tidak ada yang menunjukkan bahwa gelombang milimeter 5G adalah risiko kesehatan yang signifikan.

Tetapi kebanyakan ahli mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian berkualitas.

"Semua orang, termasuk saya, tampaknya menyerukan lebih banyak penelitian tentang kemungkinan bioefek 5G," ujarKenneth Foster.

Ia merupakan seorang profesor bioteknologi di University of Pennsylvania, yang telah mempelajari efek kesehatan dari energi frekuensi radio selama hampir 50 tahun.

Kenneth Foster mengatakan bahwa Pall dan aktivis 5G lainnya telah memetik temuan dari studi yang mendukung pandangan mereka.

Baca Juga: MediaTek Hadirkan Chipset 5G Kelas Menengah Lagi Lewat Dimensity 800U

"Tapi yang tidak kami butuhkan adalah lebih banyak memancing ekspedisi dan mengambil dari literatur."

"Kami membutuhkan tinjauan yang lebih sistematis dari penelitian yang ada dan studi yang lebih baik yang berfokus pada titik akhir yang berhubungan dengan kesehatan," tutup Foster.

(*)

Editor : Wahyu Subyanto

Sumber : CNET

Baca Lainnya