Dampak Corona, Hanya 49 Persen Startup di Indonesia Bisa Bertahan Hingga Tahun Depan

Jumat, 10 Juli 2020 | 15:30
The Next Web

Ilustrasi perusahaan rintisan atau startup

Nextren.com - Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 telah menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi nasional.

Akibatnya, para pelaku bisnis khususnya perusahaan rintisan ( startup) kini tengah menghadapi situasi yang sulit.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Katadata di Indonesia, hanya ada sebanyak 48,9 persen startup yang sanggup bertahan hingga tahun 2021 mendatang.

Riset tersebut dilakukan dengan melibatkan sebanyak 139 startup pada periode Maret hingga Juni 2020.

Baca Juga: StartUp Jepang Buat Teknologi Masker Untuk New Normal, Canggih Loh!

"Paling tidak tahun depan bulan Maret, itu setidaknya separuh dari startup ini masih berlanjut," kata Direktur Riset Katadata Insight Center, Mulya Amri, Kamis (9/7/2020).

Menurut Mulya, terdapat dua faktor kestabilan yang memengaruhi umur startup dalam menghadapi krisis ekonomi saat ini.

Salah satu di antaranya adalah peralihan model bisnis baru.

Dengan mengadopsi model bisnis baru yang lebih efisien, startup dinilai mampu bertahan lebih lama di tengah pandemi Covid-19.

Baca Juga: Jepang Buat Robot Avatar 'Ugo', Solusi Jumlah Karyawan Anjlok Karena Pandemi

Sedangkan faktor lain yang tak kalah penting terletak pada jumlah tabungan yang dimiliki oleh suatu perusahaan.

"Bisa jadi mereka (startup) terdampak negatif akibat pandemi tapi mereka mungkin saja punya tabungan yang cukup besar sehingga bisa bertahan," tutur Mulya.

Lebih lanjut, Mulya menyebut bahwa terdapat 20,1 persen startup yang tengah berjuang dalam waktu tiga bulan ke depan.

Sedangkan 10 persen lainnya telah gulung tikar.

Baca Juga: Penjualan Startup Sayuran Online Melonjak Berkali Lipat Saat pandemi corona

Demi memperpanjang umur perusahaan, hampir seluruh startup digital telah melakukan perubahan pada strategi bisnis mereka.

Beberapa langkah yang dilakukan di antaranya adalah mengecilkan biaya operasional, mengurangi biaya promosi hingga memotong gaji karyawan. Tak tanggung-tanggung, beberapa startup juga memotong gaji karyawannya hingga separuh dari total gaji.

"Ada 35 persen (startup) yang mengurangi gaji karyawan dan 12 persen itu mengurangi gaji karyawan lebih dari 50 persen, sangat signifikan," lanjut Mulya.

Meski terjadi pengurangan, sejumlah startup tertentu justru menambah biaya operasional dan biaya promosi perusahaan.

Baca Juga: Asset Performance Management, Solusi Berbasis IoT Telkomsel Hasil Kolaborasi dengan Startup AS

Hal ini terjadi karena beberapa startup tersebut berhasil menemukan model baru yang lebih menguntungkan.

Katadata juga melakukan survei kepuasan startup terhadap infrastruktur dan literasi digital yang ada di Indonesia.

Hasilnya, kedua variabel ini disebut masih belum maksimal.

"Mereka menganggap hal ini adalah penting tapi tingkat kepuasan masih biasa aja."

Baca Juga: Ini 7 Startup Yang Dilibatkan Dalam kartu pra Kerja Jokowi, Ada Training Bahasa, Marketing Hingga Coding

"Khususnya untuk biaya koneksi internet dan literasi digital masih paling di bawah," jelas Mulya.

Mulya pun berharap kepada pemerintah khususnya Kementerian Kominfo dapat menyediakan infrastuktur dan literasi digital yang lebih baik. "Kami harapkan ini bisa jadi bahan diskusi juga bagaimana agar Indonesia bisa terus meningkatkan kondisi kepuasan pelaku digital atas infrastuktur ICT dan literasi digital," pungkas Mulya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul"Setengah dari Startup di Indonesia Diprediksi Tumbang Gara-gara Corona" Penulis : Kevin Rizky Pratama

Tag

Editor : Wahyu Subyanto