Januari, Mesin Sensor Indonesia Bisa Temukan 120 Ribu Konten Negatif

Sabtu, 30 Desember 2017 | 20:22
kompas.com

Dirjen Aptika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, memaparkan mekanisme kerja alat pengais konten negatif (Ais), Jumat (29/12/2017)

Nextren.grid.id- Konten negatif di internet sudah semakin mengkhawatirkan.

Begitu pula konten negatif lain seperti radikalisme, narkoba hingga kejahatan online.Padahal, penetrasi internet di Indonesia sudah makin tinggi, dan makin meluas.Hal ini seiring makin luasnya jangkauan sinyal 4G operator dan jaringan fiber optik, ditambah Palapa Ring yang menjangkau daerah pinggiran.Untuk itulah Kementrian Komunikasi dan Informatikan segera mengaktifkan mesin sensor internet yang sudah dimiliki pemerintah.

(BACA :Smartphone Terbaik 2017 Google Pixel 2 XL, Inilah Harga dan Spesifikasinya )Mesin pengais konten negatif (Ais) yang mulai efektif dioperasikan Kominfo pada awal Januari 2018 disebut-sebut bakal lebih cepat mengidentifikasi konten negatif yang bertebaran di internet. Satu kali memasukkan kata kunci tertentu, Ais cuma butuh waktu mengais alias crawling sekitar 5 hingga 10 menit.Selain lebih cepat dari segi waktu, volume konten negatif yang terjaring juga lebih banyak. Satu kali crawling kapasitasnya hingga jutaan konten, untuk kemudian diseleksi menjadi puluhan ribu sebelum diteruskan ke tim verifikator.

(BACA :Hape Incaran Rp 3 Jutaan Xiaomi MI A1, Bisa Update Resmi Android Oreo )

Lebih rincinya, Dirjen Aptika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, memaparkan hasil pengujian yang dilakukan selama tiga hari untuk kata kunci negatif. Tertangkap 1,2 juta URL yang berhubungan dengan konten negatif, lantas hampir 120.000 domain dianalisis lebih lanjut oleh tim verifikator.“Terbukti jauh lebih cepat. Selama bertahun-tahun kami cuma mampu menyaring 750.000 konten ilegal. Ini sekarang baru tiga hari saja sudah hampir 120.000,” kata pria yang akrab disapa Semmy tersebut, Jumat (29/12/2017), di “War Room” Kominfo lantai 8, Medan Merdeka, Jakarta.Setelah melalui proses crawling, konten-konten negatif akan diteruskan ke tim verifikator untuk dianalisis.

(BACA :Xiaomi Asli vs Palsu Ini Cara Mengeceknya, Cepat dan Mudah Kok! )Selanjutnya, konten-konten yang melanggar aturan di-screencapture dan dibawa ke tim eksekutor.Tim eksekutor ini yang menentukan tindakan apa yang bisa diambil atas konten tertentu. Dalam hal ini, Kominfo menjalin komunikasi yang aktif dengan internet service provider (ISP) dan penyelenggara media sosial.Perlu dicatat, Ais hanya bisa menjaring konten-konten negatif yang bertebaran di ranah maya publik, semisal akun media sosial yang disetel untuk publik, situs-situs di internet, maupun portal berita.Semmy menjelaskan pada dasarnya Kominfo lebih fokus memberantas konten-konten negatif dan judi dengan Ais.

(BACA :Inilah Beda Xiaomi MI dan Redmi, Jangan Bingung Dengan Namanya Ya )

Untuk konten-konten negatif lainnya semisal peredaran obat-obat terlarang, isu politik, dll, Kominfo bekerja sama dengan lembaga-lembaga negara terkait.“Jadi yang tentukan take down bukan kami, tapi lembaga-lembaga bersangkutan. Kalo Kominfo lebih khusus ke hal-hal urgent, seperti konten dewasa,” Semmy menegaskan.Ais ini merupakan mesin hasil lelang yang dibuka Kominfo pada Agustus lalu dan dimenangkan PT Industri Telekomunikasi (INTI). Harga penawaran yang diajukan PT INTI adalah Rp 198 miliar dengan harga terkoreksi Rp 194 miliar.

(BACA :Akhir Tahun 2017, Trafik Data Operator Melonjak, Suara dan SMS Anjlok )Adapun proses pembayaran proyek menggunakan mekanisme "lump sum".Selain dengan Ais, pemberantasan konten-konten negatif di internet juga lewat pelaporan masyarakat di situs Trust Positif Kominfo. (*)Artikel ini sudah pernah tayang di kompas.com

Tag

Editor : Wahyu Subyanto