Nextren.com - Pertengahan tahun 2019 menjadi awal mula kemunculan jaringan koneksi terbaru yaitu 5G.
Tapi siapa sangka, ternyata sebagian wilayah dunia masih ada yang memakai koneksi yang terbilang kuno.
Laporan ini disampaikan berdasarkan riset dari Strategy Analytics yang diunggah ke dalam artikel pada hari Jumat (19/6) kemarin.
Hasil tersebut menyatakan, penggunaan jaringan 2G dan 3G masih dirasakan oleh 46 persen penduduk dunia.
Baca Juga: Bos Huawei dan Xiaomi Ikut Siapkan Koneksi 6G, Akan Hadir 10 Tahun Lagi
Jika diangkakan, 46 persen dari total 7,7 miliar penduduk dunia (2019) maka ada sekitar 3,5 juta orang yang masih menggunakan koneksi tersebut.
Meski begitu, persentase tersebut hanya menyumbang 27 persen dari total pendapatan ponsel dan diprediksi akan ada di angka 10 persen pada tahun 2023.
Riset tersebut mengatakan kalau wilayah yang masih banyak menggunakan koneksi tersebut adalah benua Afrika.
Di wilayah ini, nilai ARPU masing-masing negara masih kurang dari 2 USD.
Jadi, subsidi untuk mempromosikan migrasi pengguna memiliki ruang operasional yang terbatas.
Sebagai informasi, ARPU adalah rata-rata pendapatan per-pengguna yang didapatkan oleh perusahaan telekomunikasi.
Meski masih memiliki wilayah-wilayah yang dapat dinilai tertinggal, Afrika pun sudah melakukan pengembangan di koneksi dengan mempromosikan layanan 4G.
Baca Juga: Penjualan Hape Dunia Kwartal 1 2020 Merosot Hingga 20 Persen, Ini Alasannya
Melansir dari Gizchina, Africa Airtel sebagai salah satu provider di Afrika saja sudah sempat melakukan ekspansi jaringan untuk mendukung kemajuan di benuanya tersebut.
Upaya tersebut pun diketahui telah meningkatkan jumlah pengguna koneksi 4G hingga 18 persen di tahun lalu.
Rencana de-networking atau memensiunkan jaringan 2G dan 3G pun sudah dicanangkan oleh beberapa operator seluler.
Baca Juga: Ingin Geser Pelanggan 2G/3G ke 4G, Layanan VoLTE Telkomsel Diperluas
Hal tersebut pun yang membuat tingkat peluang kemajuan koneksi di Afrika nantinya diprediksi akan terjadi lebih cepat.
Namun, sejauh ini Strategy Analytics masih merasa kalau penarikan 2G ini membutuhkan waktu yang lama terutama dalam hal migrasi layanan 2G IoT.
(*)