Kisah Ojol Jalani New Normal, Harus Pakai Protector Mirip Gatot Kaca

Rabu, 10 Juni 2020 | 13:01

driver ojek online Grab.

Nextren.com-Keputusan pemerintah Indonesia untuk menjalani New Normal mungkin memberi sedikit harapan kepada para ojek online atau ojol.

Pemerintah juga tengah mempersiapkan new normal atau kebiasaan baru untuk beraktivitas ditengah pandemi Covid-19 diberbagai sektor.

Termasuk ke lini transportasi yang berhenti beroperasi karena adanya anjuran untuk berada di rumah saja untuk menghentikan penyebaran virus.

Dalam tahapan menuju new normal, Grab sudah menghadirkan layanan GrabBike Protect yang menyediakan perlindungan tambahan bagi mitra pengemudi dan pelanggan ojek online di sejumlah kota di Indonesia.

Baca Juga: Ini Senjata Gojek dan Grab Mulai Angkut Penumpang di Jakarta Jelang Berakhirnya PSBB

GrabBike Protect yang dilengkapi dengan partisi plastik sebagai pemisah untuk meminimalisir kontak antara penumpang dan mitra pengemudi jadi salah satu langkah konkret untuk yang membantu masyarakat terus beraktivitas di tengah pandemi.

Selain itu, ojol Grab juga diberikan masker dan hand sanitizer sebagai langkah menyambut kebiasaan baru di kota-kota besar di Indonesia.

Perlengkapan tambahan ini yang membuat para ojek online siap untuk mengejar rezeki lagi di tengah wabah Covid-19 yang dirasakan setiap daerah di Indonesia.

Dua ojek online atau driver Grab asal Semarang dan Yogyakarta ini membagikan pengalaman mereka mencari rezeki dalam new normal.

Baca Juga: Inilah Langkah Grab Sambut New Normal, Akan Ada Fitur Baru Untuk Driver

Adhitya Saputra, ojek online Grab asal Yogyakarta yang mendapatkan alat perlindungan pertama dari Grab.

Ia menceritakan kesan pertamanya terhadap alat perlindungan seperti baju Gatot Kaca.

"Alat ini dipakai untuk perlindungan saya dari wabah tak terlihat, yang bisa saja saya dapatkan di jalanan," ujar Adhitya.

Seminggu pertama memakainya, ia jadi pusat perhatian di jalanan, karena persiapan new normal di Yogyakarta memang sedikit beda dari kota-kota besar lainnya.

Baca Juga: Grab Hadirkan Fitur Baru Dengan Teknologi AI Khusus Agar Anak Senang

Karena kota Yogyakarta tidak menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saat adanya pandemi, hanya Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM).

Ojek online juga masih diperkenankan mengangkut penumpang dan beroperasi di jalan-jalan sambil mengais rezeki.

Positifnya memakai pelindung tambahan menurut Adhitya, bukan cuma meningkatkan perlindungan kesehatan, tapi penumpang jadi sering buka obrolan.

Seperti obrolan basa-basi dan jugatanya-tanya fungsi yang ditanggapi olehnnya dengan senang-senang saja.

Adhitya mengaku dulu sebelum pakai ini, beberapa penumpang seringnya jaga jarak pas di motor. Sekarang mereka merasa lebih aman kalau ngobrol sama driver.

"GrabBike Protect ini juga mengingatkan saya untuk menjaga kecepatan aman saat bawa penumpang," jelas Adhitya.

Bentuknya memang sudah aerodinamis sehingga tetap aman untuk digunakan pada kecepatan berkendara normal sekitar 60-90 km/jam.

Adhitya juga selalu siap masker tambahan, hand sanitizer, dan lap. Berguna bila ada yang naik, akan disemprot tangannya. Lalu ketika penumpang turun, motor yang di semprot, begitu juga dengan pelindungnya.

Lalu juga ada kisah dari Budiyono salah satu ojek online Grab yangmenjadi relawan melawan wabah di Semarang.

Baca Juga: Inilah Skema Baru Sewa Mobil Grab ke Drivernya, Tunda Sewa dan Bebas Biaya Selama 2 Bulan

Ia mengaku diminta untuk membantu tenaga medis, mulai dari mengantar mereka dari dan ke rumah sakit, sekaligus mengantarkan makanan untuk mereka.

Dalam sehari, bisa ada 1.500 boks makan yang diantar untuk tenaga medis.

Budi biasanya bertugas mengantar ke RS Ketileng dan RS Dr. Kariadi dan di samping itu ia juga menerima order seperti biasanya.

Setelah selesai mendistribusikan makanan untuk tenaga medis, ia langsung bersiap untuk menerima order lain dari aplikasi.

Ia mengaku selama ada alat perlindungan seperti hand sanitizer, bisa membuka obrolan dengan penumpang.

"Maaf Pak/Bu/Mas/Mbak, pakai ini dulu ya sebelum naik," ucap Budiyono ketika ada penumpang.

Ada kalanya ia juga menawari penumpang masker untuk orang-orang yang tidak pakai.

Budi menjelaskan, mencoba ramah akan membawanya dan penumpang ke dalam obrolan menarik sepanjang perjalanan.

Dengan adanya protectorbisa mencegah droplet antara ojol dan penumpang.

Namun Budi mengaku dengan adanya protector juga membuatnya harus menaikkan volume suara dan menurunkan kecepatan supaya obrolan dengan penumpang nyambung.

Baca Juga: Begini Cara Kirim Parcel Dengan Diskon 90 Persen Di GrabExpress

"Kalau memang penumpang minta buru-buru, ya kami simpan obrolan sambil berharap bisaberjumpa lagi lain hari," ceritanya.

Selain nge-Grab, Budi juga merupakan pegawai kantoran yang bekerja mulai dari pukul 08.00 - 16.00.

Begitu selesai di kantor, ia melanjutkan menjalani bisnis pengantaran dengan Grab.

Sebelum wabah ini terjadi, ia melakukannya selama 12 jam, pukul 5 sore hingga pulang pukul 5 pagi.

Baca Juga: Grab Tutup Seleksi GVV Batch 3, Kini Fokus Gaet Startup Untuk Bantu UMKM

Budi memulai dari wilayah pusat kota sampai tengah malam, lalu melipir ke stasiun pada tengahmalam karena mengejar penumpang dari datangnya kereta di Semarang pada dini hari.

Dulu, dalam kurun waktu 12 jam ia bisa mendapatkan target pribadi per harinya dan ada beberapayang lebih.

Dengan adanya wabah yang datang membuat semuanya berkurang. Budi mengakutidak bisa begadang lagi dan harus menaati peraturan pemerintah.

(*)

Tag

Editor : Wahyu Subyanto