Drone Nuklir Rusia Poseidon, Bisa Dikontrol Hingga 10 Ribu Km dan Picu Tsunami Saat Meledak

Jumat, 29 Mei 2020 | 20:10
Defence Blog

drone nuklir Poseidon milik Rusia

Nextren.com - Panasnya pertikaian antara Amerika dan China bisa menyeret negara lainnya yang terkait seperti Inggris, Hongkong, Iran dan Korea Utara, bahkan Rusia.

Jika situasi inimakin panas, tentu menjadi hal yang mengerikan bagi umat manusia, karena negara-negara yang bertikai itu semuanya memiliki senjata pemusnah yang dahsyat.

China dan Rusia adalah dua negara yang sepadan dengan kekuatan militer Amerika, dengan memiliki hulu ledak nuklir dalam jumlah banyak.

Bahkan Rusia berencana untuk menguji kapal selam tak berawak, yang memiliki hulu ledak nuklir di perairan Kutub Utara musim gugur ini.

Baca Juga: Rusia Uji Coba Internet yang Tidak Terhubung Dengan Dunia Luar

Ini adalah satu tahun setelah kecelakaan rudal bertenaga nuklir yang fatal, dan menyebabkan lonjakan radiasi di kota terdekat.

Drone bawah air bernama Poseidon yang bertenaga nuklir tersebut, akan menjalani uji coba dan meluncur dari kapal selam Belgorod.

Sumber industri pertahanan Rusia yang tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada kantor berita RIA Novosti, Selasa (26/5), seperti dilansir Moscow Times.

Rusia membuat drone berbentuk seperti torpedo raksasa, untuk membawa hulu ledak nuklir seberat hingga dua megaton.

Baca Juga: Amerika Kembali Kecam TikTok Dengan Tuduhan Pelanggaran Privasi Anak

Analis senjata menyebutnya sebagai "senjata nuklir hari kiamat".

Dibekali dukungan reaktor nuklir kecil, Poseidon memiliki jangkauan 10.000 kilometer untuk mengarungi lautan dunia.

Meluncur dari Laut Barents atau perairan lain di Kutub Utara, drone bawah air tersebut bisa melintasi Atlantik Utara.

Jika diledakkan di lepas pantai timur Amerika Serikat (AS), hulu ledak nuklir yang dibawa Poseidon bisa menciptakan gelombang tsunami setinggi puluhan meter, selain kerusakan yang disebabkan oleh ledakan nuklir itu sendiri.

Baca Juga: Siap Perang Bintang, Trump Sahkan Pembentukan Pasukan Luar Angkasa AS Tangkal Sistem Anti Satelit China dan Rusia

Pada Maret 2018 lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengonfirmasi keberadaan drone bawah air raksasa tersebut.

Poseidon adalah salah satu dari enam senjata nuklir strategis baru negeri beruang merah.

Pada Juli 2018, Departemen Pertahanan Rusia merilis sebuah video yang menunjukkan fasilitas tempat drone itu dirakit, dan sebuah film animasi yang menunjukkan bagaimana drone digunakan dalam situasi perang yang sebenarnya.

“Drone memiliki beberapa keunggulan. Kapal selam dengan awak di atas kapal, tentu saja, adalah senjata yang kuat, tetapi ada batasan tertentu pada faktor manusia," kata mantan Kolonel Direktorat Intelijen Utama (GRU) Rusia Alexander Zhilin.

Baca Juga: Pimpinan Iran Sebut Virus Corona Sebagai Senjata Biologis Amerika

"Poseidon secara praktis bisa waspada dan melakukan tugas kapan saja,” ujar dia kepada Sputnik Radio di bawah kontrol Kremlin, Selasa (26/5), seperti dikutip Moscow Times.

Zhilin, Kepala Pusat Studi Masalah Keamanan Nasional Terapan Publik Universitas Lobachevsky, Rusia, menepis kekhawatiran tentang potensi kerentanan drone terhadap peretas dan cyberterrorist.

“Penampilan drone sekelas ini, tentu saja membutuhkan banyak tanggungjawab karena dikelola melalui perangkat lunak. Jelas bahwa ada risiko tertentu, ketika dalam operasi serangan peretas dapat mencoba mengambil kendali," katanya.

Baca Juga: Hacker Iran Dituduh Membobol Materi Akademik di Universitas AS dan Eropa

"Tetapi, berbicara dengan insinyur dan desainer kami, saya sampai pada kesimpulan bahwa ada perlindungan besar-besaran terhadap gangguan eksternal,” ujar Zhilin kepada Sputnik Radio seperti Moscow Times kutip.

Dengan kemampuan Poseidon yang bisa menyelam dalam, Rusia dapat melawan sistem pertahanan rudal AS dan memastikan pencegahan dengan kemampuan serangan kedua.

Rencananya, Rusia mengerahkan 16 drone Poseidon pada gugus tugas tempur Armada Utara.

Dua kapal selam dengan tujuan khusus, yaitu Belgorod dan Khabarovsk, akan membawa Poseidon tersebut.

Baca Juga: Donald Trump Ancam Tutup Medsos Karena Tak Terima Cuitannya Dianggap Menghasut dan Tak Berdasar

Kedua kapal selam itu dibangun di Sevmash, Severodvinsk.

Belgorod adalah kapal selam prototipe dari kapal selam bertenaga nuklir kelas-II Oscar yang meluncur pada April 2019 dan akan memulai uji coba laut dalam beberapa bulan.

Kapal selam kedua yang membawa Poseidon adalah Khabarovsk.

Ini adalah kapal selam prototipe khusus dari kapal selam rudal balistik generasi keempat Rusia kelas Borei.

RIA Novosti di awal musim semi ini melaporkan, Khabarovsk akan meluncur dari Sevmash pada awal Juni 2020, lalu diikuti pengujian selama dua tahun.

Baca Juga: Puluhan Juta Netizen Afrika Percaya Bill Gates Sengaja Munculkan Wabah Corona

Baik RIA Novosti maupun Zhilin tidak menyebutkan, di mana lokasi peluncuran uji coba drone Poseidon.

Tapi, senjata berbasis kapal selam biasanya menjalani percobaan di Laut Putih.

Lokasi Laut Putih ini memiliki keuntungan karena tidak menjadi perairan internasional, di mana angkatan laut negara lain atau kapal mata-mata bisa berlayar.

Area pengujian itu juga dekat dengan Severodvinsk, tempat pembuatan kapal selam dan drone.

Artikel ini tayang di kontan.co.id, dengan judul : Mengenal Poseidon, senjata nuklir hari kiamat milik RusiaReporter: SS. Kurniawan

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya