Pengusaha Mesin Laundry di Jakarta Ini Perangi Corona Dengan Bikin Ventilator

Senin, 20 April 2020 | 19:27
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pekerja memperagakan alat peraga manusia dan ventilator darurat di Industri UMKM Agusta Dryer, Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (14/4/2020)

Nextren.com - Anton Agusta masih berkutat di dalam bengkelnya di saat seluruh karyawannya sudah dirumahkan.

Dia dan kelima rekannya masih sibuk merakit dan bongkar pasang mesin sana–sini.

Namun, kali ini Anton tidak sedang merakit mesin laundry koin seperti biasa.

Pria yang ahli di bidang teknologi justru sibuk merakit ventilator.

Untuk diketahui, ventilator adalah alat kesehatan yang biasa digunakan untuk membantu pernapasan pasien di rumah sakit.

Baca Juga: Pemesanan iPhone SE 2020 Resmi Dibuka Lewat Apple Online Store

Mungkin terdengar aneh ketika seorang pengusaha di bidang mesin cuci banting setir jadi pembuat ventilator yang notabene alat kesehatan.

Namun, nyatanya inilah yang sedang Anton lakukan.

Pria yang berkantor di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini tergerak membuat ventilator demi kepentingan pasien yang terjangkit Covid-19 akibat terpapar virus corona tipe 2 atau SARS-CoV-2.

Pasalnya, pasien Covid -19 umumnya mengalami gangguan paru-paru yang mengakibatkan sulit bernapas.

Selain itu, dia mengklaim bahwa jumlah ventilator di Indonesia masih minim.

Baca Juga: Ini Tanggal Rilis Game Spongebob Squarepants: Battle For Bikini Bottom

Maka dari itu, dia merasa perlu membuat ventilator dengan bahan yang mudah didapat dan harga terjangkau.

Walau minim pengetahuan tentang kesehatan, Anton tidak menutup niatnya untuk berkontribusi melawan Covid-19.

Sebenarnya, Anton tidak pernah mengira akan membuat alat medis seperti itu.

Hatinya mulai terketuk ketika diingatkan seorang teman pada saat awal-awal pemberlakuan social distancing.

“Teman saya dari Makassar namanya Khaidir Khaliq bilang, ‘Kamu punya kemampuan di bidang teknologi, bergeraklah."

Baca Juga: 6 Hobi Ini Bisa Kamu Lakukan Hanya Lewat Smartphone, Cocok Saat PSBB

"Di rumah akan mati, bergerak juga akan mati. Tapi setidaknya kamu beri sumbangsih dengan keahlianmu,” kata Anton saat dihubungi di Jakarta, Selasa (14/4/2020).

Hatinya bergetar kala mendengar ucapan tersebut.

Anton kemudian sadar, bahwa diam di rumah saja tidak akan membuat perubahan.

Dari sanalah timbul keinginan untuk berkontribusi memerangi Covid-19 berdasarkan keahlianya.

Pria 38 tahun ini awalnya membuat bilik atau chamber untuk penyemprotan disinfektan.

Bilik yang diciptakannya cukup berhasil, bahkan sempat diproduksi hingga 200 unit.

Baca Juga: Inilah Harga iPhone SE 2020 di Singapura, HongKong dan Australia, di Indonesia Berapa?

Namun, belakangan bilik tersebut tidak berkembang lagi karena penyemprotan disinfektan ke tubuh manusia dilarang pemerintah.

“Ternyata ada larangan dari Kemenkes. Ya sudah kami enggak mungkin melawan pemerintah,” kata dia.

Pantang menyerah, begitu yang ada dalam benak Anton.

Dia kembali memutar otak mencari cara agar bisa berkontribusi melawan Covid-19.

Baca Juga: Cara Cek Sendiri Status IMEI Pelanggan Telkomsel dan XL Axiata, Resmi atau Legal?

(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Pekerja memperagakan alat peraga manusia dan ventilator darurat di Industri UMKM Agusta Dryer, Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (14/4/2020). UMKM Agusta Dryer membuat Ventilator hasil belajar secara online dari Forum O2 yang berpusat di Kota Barcelona, Spanyol.

Ide segar kembali datang dari Khaidir

Khaidir kembali bebincang dengan Anton.

Kali ini dia mencetuskan ide agar Anton membuat ventilator.

“Tapi dia enggak kasih tahu caranya, dia cuma bilang kalau alat ini berguna dan di sini (Indonesia masih sedikit, Jadi saya yang cari tahu caranya,” ucap Anton.

Anton kemudian menyelami dunia maya, guna mencari cara membuat ventilator dengan bahan yang sederhana, mudah, terjangkau, dan tidak menghilangkan fungsinya.

Dalam perjalananya, Anton akhirnya bergabung dengan forum berskala internasional yang bergerak di bidang pembuatan alat kesehatan.

Baca Juga: Inilah Harga iPhone SE 2020 di Singapura, HongKong dan Australia, di Indonesia Berapa?

Di forum inilah Anton mendapatkan informasi dan peralatan yang digunakan untuk merakit alat ventilator.

“Jadi saya mendapat blueprint untuk membuat ventilator. Ini blueprint-nya sama dengan apa yang sudah dibuat di Barcelona dan sudah diproduksi massal di sana. Jadi kami pastikan ventilator ini sesuai dengan standar kesehatan,” jelas dia.

Selama pembuatan ventilator tersebut, sudah banyak yang Anton korbankan.

Mulai dari waktu, tenaga, hingga uang tabungan pribadi.

“Saya pakai uang pribadi saya. Sejauh ini sudah habis sebanyak Rp 30 juta. Mungkin kalau alatnya sampai selesai bisa sampai Rp 40 juta,” ungkap dia.

Baca Juga: Oppo A92s Hadir Dengan Dual Kamera Selfie Seharga 4,8 Juta Rupiah

Tidak jarang Anton kesulitan dana dalam proses pembuatan ventilator.

Alhasil, dia harus putar otak untuk cari bahan yang terjangkau.

"Saya cari speedometer harganya ratusan juta. Wah enggak kuat, akhirnya enggak jadi."

"Saya cari mannequin paru-paru harganya Rp 14 juta. Akhirnya saya minta tolong ke teman, dibikinin, dan harganya turun jadi Rp 3.000.000,” ujarnya.

Namun, bagin Anton, puluhan juta yang sudah ludes akan terbayar lunas jika alat tersebut berfungsi dengan baik.

Baca Juga: 4 Cara Atur Keuangan Saat Pandemi Dari Kredivo yang Bisa Diikuti

Terlebih jika lolos uji kelayakan dari Kementerian Kesehatan.

Sepeser pun keuntungan tidak ada yang dia harapkan dari setiap ventilator buatannya.

Kini ventilator yang dia buat sudah mencapai 85 persen, kemungkinan minggu ini ventilator miliknya sudah selesai.

Jika alat ini sudah dinyatakan layak oleh Kemenkes, Anton akan menyerahkan produksi massal ke pihak ketiga.

“Rencana saya mau gandeng pihak BUMN yang punya tenaga produksi lebih besar atau mungkin pihak swasta. Sampai ini bisa dipakai dan diproduksi berarti kerja saya sudah selesai,” tutup dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul"Kisah Pengusaha Mesin Laundry Banting Setir Bikin Ventilator demi Perangi Corona" Penulis : Walda Marison

Editor : Wahyu Subyanto