Karena Sebar Hoax Anti Demo Hongkong, YouTube Tutup Lebih Dari 200 Kanal

Jumat, 23 Agustus 2019 | 16:22
Anadolu

Ilustrasi YouTube

Laporan wartawan Nextren, Nicolaus Prama

Nextren.com – YouTube secara tegas menghapus 210 kanal pekan ini.

Keputusan ini diambil YouTube setelah 210 kanal terindikasi menyebarkan informasi bohong (hoax) terkait aksi massa di Hong Kong.

Saat ditelusuri, diketahui bahwa 210 kanal tersebut dikordinasikan oleh satu pihak yang sama.

Baca Juga: Demo Hongkong Sudah 3 Bulan, China Pakai Twitter dan Facebook untuk Membingungkan Masyarakat

Namun YouTube tidak sendirian.

Twitter sudah lebih dahulu menutup 936 akun dari Tiongkok pada Senin kemarin yang berkaitan dengan aksi massa di Hong Kong.

Begitu pun dengan Facebook yang menurunkan 7 pages dan 3 grup yang berkaitan dengan pemerintah Tiongkok.

Penghapusan kanal yang dilakukan oleh YouTube dikonfirmasi oleh Google melalui laman blog resminya dengan judul “Maintaining the Integrity of our Platforms”.

Shane Huntley, dari Threat Analysis Group Google mengatakan bahwa pemain utama yang menyebarkan isu melalui YouTube menggunakan VPN untuk menyamarkan lokasi asal akun.

Mereka kemudian berkoordinasi dengan rekan-rekannya untuk sepakat membuat isu bohong.

Senin, (19/08/2019) kemarin Facebook dan Twitter secara mendadak menghapus dan menurunkan ribuan akun.

Dalam penelusuran Facebook dan Twitter, dalam aksi massa di Hong Kong, Tiongkok menggunakan media sosial untuk memperkeruh suasana.

Semua akun tersebut menggambarkan bahwa aksi massa terjadi secara anarkis, penuh kekerasan, dan brutal.

Ini untuk pertama kalinya Tiongkok menggunakan kekuatan media sosial barat untuk menyebarkan informasi.

Baca Juga: Inilah 10 Merek Paling Populer di Youtube Indonesia, Ada Produk Gadget Loh

Google

YouTube menutup lebih dari 200 kanal berkaitan dengan penyebaran informasi bohong (hoax)

Sebab, Tiongkok justru menolak untuk menggunakan media sosial buata Amerika Serikat.

Twitter contohnya, Tiongkok kemudian membuat Weibo sebagai pengganti media sosial tersebut.

Besar kemungkinan, karena Hong Kong menggunakan media sosial buatan AS, maka Tiongkok mengambil langkah tersebut.

(*)

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya