Lebih Mudah dan Praktis, Aplikasi Agregator Berita Makin Laris

Rabu, 10 April 2019 | 11:12

Laporan Wartawan Nextren, Wahyu Prihastomo

Nextren.com -Berkembang pesatnya pembangunan dunia digital berpengaruh besar untuk banyak aspek.

Terutama di bidang informasi dan komunikasi.

Sebelum era refoemasi digital, kita semua tentu akbrab dengan media informasi konvensional seperti koran, majalah, radio dan juga televisi.

Benar, untuk saat ini televisi sepertinya sudah bisa kita anggap sebagai media informasi yang konvensional.

Baca Juga : Terulang, 540 Juta Data Pengguna Facebook Diketahui Bocor ke Publik

Berkembangnya media informasi di dunia digital ini jelas akan semakin menggusur eksistensi media-media konvensional yang pernah ada sebelumnya.

Konsultan bisnis PwC dalam laporan "Perspective from the Global Entertainment and Media Outlook 2017" menyebutkan bahwa laju global pertumbuhan koran dalam lima tahun ke depan adalah minus 8,3%.

Sementara untuk angka pertumbuhan media konvensional lainnya seperti televisi, radio dan majalah juga ada di taraf minus 3,4% hingga 6%.

Sementara itu, dalam laporan yang sama, PwC memprediksi pertumbuhan media digital akan tumbuh 0,5% sampai 6%.

Di Indonesia sendiri, Serikat Pers sempat merilis data yang menunjukkan makin banyaknya penerbit dan kelompok-kelompok media cetak yang tutup.

Sejak 2002, jumlah penerbitan mengalami minus 59%. Bahkan dari total 1.254 pernerbitan di tahun 2013, turun drastis di angka 850 penerbitan di tahun 2017.

Baca Juga : Audisi Pencarian Bakat Hingga ke Pelosok, Kini Bisa Lewat Aplikasi Video Sharing

Berbanding terbalik dengan data yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang menunjukkan peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia.

Dalam 15 tahun terkahir (2002-2017), peningkatan terjadi di angka 4,5 juta menjadi 145 juta.

Data dari reuters juga menunjukkan bahwa kebanyakan pengguna internet lebih memilih media sosial sebagai sarana mereka untuk mencari berita.

Selain media sosial, aplikasi pengumpul berita atau news aggregator juga berkembang cukup pesat belakangan ini.

BaBe

Perkembanga tren media di Indonesia

Data dari Reuters Institute menunjukkan, 36% warganet mengaku membaca berita karena mendapat rekomendasi otomatis dari platform-platform yang mereka kunjungi.

Dengan cara itu, persentase pembaca berita jadi lebih tinggi dibandingkan dengan konten-konten yang direkomendasikan oleh jurnalis atau editor.

Hasilnya banyak warganet yang menelan mentah-mentah berita yang baca tanpa ada usaha untuk menelaah lebih lanjut kebenarannya.

Selain membaca, artikel-artikel di agregator berita juga dengan mudah dapat dibagikan ke pembaca lain. Berakibat menyebarnya berita bohong yang cepat.

Baca Juga : WhatsApp Siapkan Fitur untuk Blok Pesan yang Sering di-Forward ke Grup

Di sinilah peran agregator berita sebagai penyaring berita bohong. Konten dari agregator sanggup dimoderasi dan berasal dari sumber terpercaya.

Selain itu, penggunaan teknologi AI di beragam platform agregator juga mampu merekomendasikan berita berdasarkan minat pembacanya.

Dengan ini penyaringan berita yang diteruskan ke pembaca akn lebih terjamin kualitasnya.(*)

Editor : Kama

Baca Lainnya