Laporan Wartawan NexTren, David Novan Buana
NexTren.com - Munculnya hujan badai yang datang secara mendadak merupakan hal yang seringkali terjadi di daerah kepulauan seperti Indonesia dan Jepang.
Untukmendeteksi lebih baik datangnya hujan badai seperti ini, Tokyo melakukan uji coba perangkat sistem teknologi baruyang melibatkan radar cuaca dan gelombang radio digital.
Melalui sistem pendeteksi dini tersebut, pemerintah Tokyo berharap bisa menggunakannya pada Olimpiade 2020 dan Paralympic 2020 di kota tersebut.
Baca Juga : Apple Siapkan Teknologi Pengaman Mobil Pakai Biometrik Face ID
Menurut laporan dari The Mainichi, pemerintah Tokyo menggunakan sistem pendeteksi bernamaMulti Parameter Phased Array Weather Radar (MP-PAWR) supaya bisa mengetahui datangnya hujan badai 30 menit sebelumnya.
Teknologi baru tersebut merupakan hasil kerjasama antara badan pemerintah, industri, akademis, danNational Institute of Information and Communications Technology (NICT) yang berbasis di Koganei.
Digunakannya teknologi baru tersebut adalah untuk menggantikan sistem radar yang ada saat ini, karena begitu terbatasnya kemampuannya untuk memprediksi datangnyaGuerilla Rainstorms.
Guerilla Rainstorms adalah fenomena alam yang terjadi karena begitu cepatnya hujan badai terbentuk akibat luapan uap air yang dingin, dan mereka datang tanpa peringatan di beberapa daerah.
Diharapkan sistem baru yang sedang diuji cobakan di Tokyo akan bisa mendeteksi fenomena tersebut, dan bisa memberikan peringatan dini ketika Olimpiade 2020 dilaksanakan.
Tidak hanya hujan badai saja, tornado juga seringkali muncul bersamaan dengan fenomena alam tersebut.
Hasil dari sistem baru ini akan memperlihatkan scan 3D dari struktur awan hanya dalam waktu 30 detik saja.
Baca Juga : Samsung Beli Perusahaan Teknologi Kamera Israel Demi Dongkrak Kualitas Foto
Selain itu, level dari uap air yang ada di awan tersebut juga bisa dideteksi dengan tepat, sehingga bisa pula diperkirakan seberapa besar hujan yang akan datang.
Seperti yang dilaporkan oleh The Guardian pada 2015 lalu, pemerintah Jepang memberikan prioritas tinggi untuk prediksi hujan badai yang datangnya mendadak.
Karena sekitar 30 persen dari daratan Tokyo berada di bawah permukaan laut, dan persiapan untuk menghadapi banjir besar masih dianggap belummemadai.
Pada 2018 lalu, Reuters bahkan melaporkan bahwaJapan Society of Civil Engineers memperkirakan banjir besar di Tokyo bagian timur akan menelan korban lebih dari 2000 orang meninggal dan sebabkan kerugian 62 Trilyun Yen (sekitar 7929 Trilyun Rupiah).
Peneliti juga mempeerkirakan penyebab adanya peningkatan Guerilla Rainstorms di Jepangadalah karena perubahan iklim akibat pemanasan global.
Menurut laporan, tespermulaan dari sistem deteksi cuaca ini telah berlangsung semenjak 2018, dan pihak NICT berharap bisa secepatnya menggunakannyadi lapangan.(*)