Laporan Wartawan NexTren, David Novan Buana
NexTren.com - Praktik menggunakan informasi pribadi sebagai basis untuk membuat iklan personal bukanlah hal yang asing di media sosial saat ini.
Iklan personal tersebut menggunakan informasimuuntuk memperlihatkan iklan yang sesuai dengan kesukaanmu, misalnya ketika kamu suka membaca artikel mengenai mobil, maka iklan yang tayang di browsermu akan berhubungan dengan mobil.
Riset terbaru menunjukkan mayoritas konsumentidak suka data pribadinya digunakan semena-mena untuk menjadi basis pembuatan iklan personal seperti itu.
Baca Juga : Facebook Bakal Bikin Pengadilan Virtual di Dalam Media Sosial
Pendapat tersebut didapatkan dari survei yang dilakukan oleh RSA, yang merupakan perusahaan terkemuka di bidang keamanan cyber dan pencegahan penipuan online.
Menurut laporan dari Forbes, RSA memperlihatkan 83 persen dari total 6000 orang dewasa di kawasan Amerika Serikat dan Eropa tidak ingin datanya digunakan untuk kepentingan perusahaanpembuat iklan.
Sedangkan 76 persen dari orang yang mengikuti survei tersebut juga mengatakanpenggunaan informasi pribadi untukmembuat berita atau newsfeed yang personal juga tidak bermoral.
Ya, praktik yang setiap saatdigunakan oleh media sosial seperti Facebook, Twitter, dan beberapa media sosial lainnya tersebut dianggap tidak bermoral dan tidak beretika.
Pasalnya media sosial dan perusahaan semacam itu mengambil dan menggunakan informasi pribadi penggunanya tanpa izin, dan disebarluaskan sebagai komoditi yang menghasilkan uang untuk mereka.
Menurutlaporan tersebut pula, setidaknya ada kurang dari 48 persen konsumen yang merasa ada cara lebih beretika bagi perusahaan tersebut untuk menggunakan data yang dikumpulkannya di balik layar.
Bila melihat di 2018 silam dan tahun sbeleumnya, telah ada begitu banyak kasus dan pelanggaran informasi pribadi yang terjadi di media sosial raksasa seperti Facebook.
Baca Juga : Waspadalah, Remaja Putri Lebih Rentan Depresi Akibat Media Sosial
Ambil contoh kasus Cambridge Analytica yang mengambil jutaan data pribadi pengguna Facebook untuk kepentingan kampanye politik, atau ketika Facebook memberikan datake lebih dari 100 perusahaan.
Menariknya, survei ini juga menunjukkan bahwa konsumen akan menyalahkan perusahaan pemilik media sosial ketika terjadi pembobolan oleh hacker, seperti yang terjadi pada Facebook, dengan bocornya data 50 juta akun di akhir 2018.
Konsumen juga tidak menyalahkan hacker yang melakukan pembobolan, karena mereka menganggap sudah menjadi tanggung jawab media sosial untukmemperkuat pertahanannya.
Itu sebabnyaketika Facebook kebobolan oleh serangan hacker, konsumen menuntut media sosial tersebut ke pengadilan; belum lagi tekanan dari pihak pemerintah akibat kelalaian perusahaan tersebut.
Intinya, perhatikan apa yang akan kamu masukkan ke dalam media sosialmu, karena semua itu bisa digunakan oleh pihak ketiga untuk mendapatkaninformasi pribadimu.
Sebab di era modern saat ini, bukan hanya uang saja yang berharga; informasi mengenai dirimu jauh lebih berharga.(*)