Sistem Pengairan Otomatis dari Startup Alumni ITB Ini Dongkrak Hasil Panen 40 Persen

Jumat, 18 Januari 2019 | 17:10

Encomotion saat ini digunakan di sebuah green house di Cisarua, Bandung

Nextren.com - Di sebuah pagi yang sejuk di area Cisarua, Bandung, dua anak muda tampak sibuk memanen tanaman paprika.

Sehabis panen, keduanya pun langsung meluncur ke Pasar Caringin, Bandung, untuk menyaksikan proses grading alias penentuan kualitas paprika.

Dua anak muda tersebut adalah M. Fahri Riadi dan Nugroho Hari Wibowo, CEO dan CTO sebuah startup bernama BIOPS Agrotekno.

Startup ini memiliki solusi irigasi pintar yang disebut Encomotion.

Baca Juga : Startup SoCash Bikin Tandingan ATM, Ambil Uang Cukup di Toko Biasa

“Encomotion pada dasarnya adalah sistem irigasi pintar yang dapat mengatur penyiraman tanaman sesuai kondisi lingkungan sekitar” ungkap Bowo.

Dengan begitu, tanaman akan mendapatkan asupan air sesuai kebutuhan sehingga pertumbuhannya pun lebih optimal.

Konsep kerja Encomotion kurang lebih seperti ini.

Ada sebuah sensor yang dipasang untuk menghitung kondisi udara di area green house, seperti suhu, kelembaban udara, dan intensitas cahaya.

Baca Juga : Startup Bengkel Panggilan Montir.id Punya 50 Mekanik Siap Ke Rumah

Informasi itu kemudian dikirim ke sistem Encomotion di cloud, yang dilengkapi algoritma perhitungan kebutuhan air berdasarkan kondisi cuaca.

“Algoritma ini disusun berdasarkan evapotranspirasi (kadar penguapan tanaman, Red.)” ungkap Fahri yang merupakan lulusan Biologi ITB.

Data hasil perhitungan ini kemudian dikirim ke sistem pengontrol penyiraman air yang ada di lahan pertanian.

Pengontrol air ini kemudian akan mengalirkan air ke tanaman sesuai perhitungan tadi menggunakan sistem tetes (drip).

Baca Juga : 6 Tips Memulai Bisnis Startup yang Lagi Tren Saat Ini

Karena irigasi dilakukan secara presisi, produktivitas pun jadi meningkat. “Menurut perhitungan kami, kenaikan hasil panen mencapai 40%” ungkap Bowo yang merupakan lulusan Teknik Fisika ITB. Hasil positif bukan cuma di hasil panen, namun juga efisiensi air. Pasalnya, sistem pengairan Encomotion ini menggunakan irigasi tetes dan air seperlunya.

Baca Juga : Startup Indonesia Terbanyak Keempat di Dunia Tapi Mayoritas Bangkrut, Ini 4 Sebabnya

Irigasi yang presisi juga membuat tinggi tanaman dan waktu berbunga lebih seragam.

Manfaat yang tak kalah penting adalah produktivitas petani yang meningkat karena tak lagi harus melakukan aktivitas penyiraman tanaman. “Jadi mereka bisa fokus ke perawatan tanaman” tambah Bowo.

Encomotion sendiri bisa diterapkan di berbagai jenis tanaman, hanya dengan mengganti algoritma sesuai jenis tanaman.

Baca Juga : Keahlian yang Harus Dimiliki Untuk Kerja di Perusahaan Startup“Sebelum paprika, Encomotion pernah kami coba di pertanian kentang, cabai, dan tomat ceri” cerita Fahri yang baru berusia 26 tahun ini. Namun pemilihan tanaman ini belakangan kian selektif. “Karena kami mencari tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi” cerita Bowo. Dengan begitu, kenaikan hasil panen lebih terasa bagi petani, sehingga manfaat Encomotion juga akan lebih terlihat.

Baca Juga : 4 Startup Sosial Indonesia Terima Hibah Pembinaan dari DBS Foundation

BIOPS Agrotekno kini juga telah memiliki beberapa model bisnis. Pada awal berdiri di tahun 2017, mereka hanya menjual putus solusi Encomotion dengan kisaran harga Rp.4,5-7,5 juta. Namun di perkebunan paprika ini, mereka menggunakan sistem bagi hasil. Dalam satu greenhouse, separuh area menggunakan sistem pengairan Encomotion, separuhnya lagi manual. Hasil panen dari dua area ini kemudian dibandingkan untuk menghitung kenaikan hasil panen berkat Encomotion.

Baca Juga : Tak Hanya GoJek, Ternyata 7 Startup Indonesia Ini Go 'Internesyenel'“Dari kenaikan hasil panen itu, hasilnya dibagi dua” cerita Fahri.

Precision Farming

Encomotion adalah salah satu contoh pendekatan precision farming alias sistem pertanian yang berbasis data.

Selain Encomotion, ada beberapa startup yang juga melakukan precision farming, seperti Neurafarm atau HARA.

(Ki-ka) M. Fahri Riadi (CEO) dan Nugroho Hari Wibowo (CTO) BIOPS Agrotekno

Baca Juga : 5 Pekerjaan Ini yang Paling Dicari oleh 500 Perusahaan Startup IT

Namun harus diakui, para petani belum akrab dengan penggunaan teknologi untuk meningkatkan hasil panen.

Alhasil, tantangan terbesar BIOPS Agrotekno adalah memperkenalkan solusi mereka ke petani.

Untuk menjawab tantangan tersebut, BIOPS Agrotekno mencoba menyasar petani yang memiliki pengaruh di komunitas petani.

Pemilik lahan paprika di Cisarua ini, misalnya, adalah kepala paguyuban petani di daerah tersebut.

Baca Juga : SimpliDOTS, Startup Baru Ini Bantu Distributor Yang Kewalahan

Dengan begitu, inisiatif penggunaan Encomotion langsung menjadi perhatian anggotanya.

“Beberapa petani ada yang penasaran datang ke sini untuk melihat solusi Encomotion” ungkap Fahri.

Namun harus diakui, usaha mewujudkan pertanian Indonesia yang melek teknologi masih panjang.

Namun hal itu tidak menyurutkan semangat dua anak muda ini.

Baca Juga : Mecapan, Startup Tiga Sekawan Ini Bantu Wanita Pilih Jasa Kecantikan

“Idealisme saya sih pelan-pelan ingin memodernkan pertanian dan membantu petani yang kesusahan dalam hal produksi” ungkap Fahri.

Sementara Bowo menunjuk data petani Indonesia yang terus turun, sementara kebutuhan produk pangan akan terus meningkat seiring kenaikan jumlah penduduk.

“Berarti kita harus bisa mengoptimalkan pertanian yang ada” ungkap Bowo.

Semoga saja, langkah BIOPS Agrotekno dan startup agritech Indonesia lainnya akan berbuah manis suatu hari nanti. (*)

Artikel ini tayang di infokomputer.grid.id, dengan judul : BIOPS Agrotekno: Tingkatkan Hasil Panen dengan Irigasi Pintar

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya