Follow Us

Indonesia Segera Bikin Sistem "Rating" Game Sendiri

Deliusno - Jumat, 02 Oktober 2015 | 09:18
Ilustrasi pasangan bermain video game
wotv4women.com

Ilustrasi pasangan bermain video game

Industri game di Indonesia tengah bersiap untuk masuk ke babak selanjutnya. Dalam waktu dekat ini, pemerintah dikatakan akan membuat sebuah lembaga untuk menangani masalah rating game di Tanah Air.Menurut Andi Suryanto, Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI), diskusi mengenai lembaga rating game tersebut sudah mencapai tahap yang cukup jauh. Bahkan, ia telah mencapai tahap finalisasi draft aturan."Akan dibahas di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), untuk tahap selanjutnya," kata Andi melalui pesan pendek kepada Nextren, Kamis (1/10/2015). Meskipun begitu, Andi masih belum mengetahui secara pasti kapan masalah rating game ini akan selesai dibicarakan dan mencapai keputusan akhir. Berdasarkan prediksinya, setidaknya masalah tersebut sudah akan selesai pada tahun 2016 mendatang.Lebih lanjut, Andi menjelaskan tujuan dari rating game ini. Menurutnya, rating game ini bertujuan sebagai himbauan, bukan larangan untuk peredaran sebuah judul game. Dengan sistem rating tersebut, orangtua dapat melihat apakah konten yang ada cocok untuk dikonsumsi atau tidak bagi sang buah hati. Akan tetapi, rating game tersebut hanya berupa acuan saja alias tidak mengikat sama sekali. Rating tersebut hanya bertugas sebagai peringatan saja.Itu artinya, bagi orangtua tetap bebas membelikan game dengan rating apapun untuk sang anak. Tentunya, jika orangtua sudah memahami tanggung jawab dan konsekuensi di balik keputusannya. "Saat ini tujuannya masih sebagai himbauan. Jadi lebih ke arah informasi," ujarnya lagi.Harapannya nanti, semua game yang masuk atau buatan developer Indonesia akan melewati lembaga rating game terlebih dahulu. Rating tersebut pun akan diberlakukan untuk semua platform, baik PC, mobile, maupun konsol.Saat ini, masih belum ada nama lembaga untuk sistem rating game tersebut. Namun, menurut kabar yang beredar, lembaga ini akan diberi nama Indonesia Game Rating System.Di luar Indonesia sendiri, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa, sebenarnya sudah memiliki lembaga rating game sendiri-sendiri. Lembaga tersebut bertugas untuk menentukan acuan batasan umur dari sebuah game. Lembaga rating game di AS dinamakan Entertainment Software Rating Board (ESRB), Jepang dinamakan Computer Entertainment Rating Organization (CERO), dan Eropa dinamakan Pan European Game Information (PEGI).Hadiah DeddyPersoalan rating game sempat menjadi perhatian di Indonesia beberapa waktu lalu saat Deddy Corbuzier menghadiahkan game Metal Gear Solid V: The Phantom Pain kepada anaknya, Azka Corbuzier.Dari segi kualitas, tak ada yang salah dengan game stealth action tersebut. Game itu tampil nyaris sempurna. Ulasan-ulasan dari media ternama memperlihatkan bahwa game buatan Hideo Kojima ini mampu menghadirkan keseruan dan cerita yang menarik.Hanya saja, dilihat dari sisi kandungannya game yang bersangkutan dikenal berbagai konten yang tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anak di bawah umur. Di dalam game ini juga. terkandung unsur darah, kekerasan, kata-kata kasar, dan juga tema seksual.Di cover game Metal Gear Solid V: The Phantom Pain sebenarnya sudah tertulis rating dari game tersebut, yakni 18+. Itu artinya, game ini sebaiknya hanya dikonsumsi oleh pemain di atas umur 18 tahun.Hal itulah yang menjadi perdebatan. Banyak yang berkata bahwa game seperti itu seharusnya tidak diberikan kepada Azka yang baru menginjak usia 9 tahun."Itu game-nya tidak hanya kekerasan atau aksi biasa, tapi juga ada woman abused and explicit woman body. I hope you didn't make a wrong choice this one," demikian komentar salah satu follower Deddy di Instagram.Dalam posting lain, Deddy memberikan penjelasan di balik keputusannya memberikan game tersebut. Keputusan menghadiahkan Metal Gear Solid V: The Phantom Pain kepada Azka dianggapnya sudah benar. Deddy menilai Azka sudah mampu membedakan mana yang salah dan baik."Di sinilah peran orangtua dinilai. Mampukah Anda mendidik anak untuk membedakan mana yang benar, mana yang fantasy, dan mana yang hanya sebuah film. Di sinilah anak Anda diuji kemampuan nalar berpikirnya," tulis Deddy.Posting itu pun mendapat banyak dukungan dari para follower Deddy di medsos."Sebagai seorang ayah, saya setuju dengan pernyataan Anda di atas," ujar salah satu follower.

Editor : Oik Yusuf

Baca Lainnya

Latest