Krisis Krimea bermula ketika Presiden Ukraina Viktor Yanukovich mengumumkan bahwa Ukraina mundur dari perjanjian Uni Eropa pada bulan November 2013.
Pada Februari 2014, parlemen Ukraina melengserkan Yanukovich dari jabatannya karena keputusan tersebut.
Pelengseran Yanukovich menyebabkan konflik dalam pemerintahan Ukraina yang terbagi menjadi dua golongan yaitu, pro-Uni Eropa dan pro-Rusia.
Pihak pro-Uni Eropa berasal dari masyarakat dan politisi Ukraina daratan, sedangkan pihak pro-Rusia berasal dari masyarakat dan politisi Krimea.
Baca Juga: Turki Mulai Merapat ke Rusia karena Inflasi, NATO Ancam Berikan Sanksi
Pada awal tahun 2014, perdana menteri Krimea meminta bantuan Rusia untuk menyelesaikan konflik dalam negeri Ukraina.
Pemerintah Rusia menerima permintaan dari Krimea dan mengirimkan pasukannya untuk menduduki Crimea.
Campur tangan Rusia atas permasalahan Ukraina didasarkan pada kepentingan politik dan ekonomi.
Letak geopolitik Crimea yang strategis ingin dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat pengaruh di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah.
Selain itu, Rusia memiliki jalur pipa gas di Ukraina yang menghubungkan sumber gas di Rusia menuju ke negara-negara Eropa.
Jika Rusia mampu menguasai pemerintahan Ukraina hal tersebut akan sangat menguntungkan bagi bisnis energi gas Rusia.
Baca Juga: Roket dan Tank Rusia Hantam Donetsk, Presiden Ukraina Sebut Pertempuran Neraka