Seperti data blockchain yang kini tengah popular, yakni sertifikat digital dalam NFT.
Sebagaimana telah disebut di atas, sertifikat digital pada NFT ini biasanya ditanamkan pada gambar, foto, video, atau karya-karya seni digital lainnya.
Ketika karya seni digital itu menjadi NFT, yang mana berarti telah dienkripsi dalam blockchain, maka karya seni digital itu tidak dapat diduplikasi oleh orang yang bukan pemilik aslinya.
Sederhananya, NFT bisa dikatakan seperti sertifikat fisik hak cipta yang dapat menjamin keaslian suatu karya seni, bedanya NFT berupa sertifikat digital.
Dari titik cara kerja NFT ini, mungkin bisa dibayangkan secara kasar mengapa harga NFT bisa melambung. Alasan paling mendasar dari pertanyaan tersebut adalah karena tidak ada penguasaan dan dominasi dalam skema perdagangan NFT.
Dengan kata lain, tidak ada aktor dominan yang bisa mengendalikan harga di NFT.
Peneliti di Alan Turing Institute menyebut bahwa terdapat heterogenitas yang sangat luar biasa besar dalam perdagangan NFT.
Banyak karya seni digital NFT yang tersedia tapi tidak ada yang menguasai penentuan nilai atau harganya. Nilai atau harga dari NFT sepenuhnya dibuat antara penjual dan pembeli bukan ditentukan pihak ketiga, seperti pada perdagangan konvesional yang membutuhkan campur tangan pemerintah atau perusahaan besar. Skema perdagangan barang seperti ini mungkin mirip seperti skema perdagangan karya seni.
Nilai satu lukisan dihasilkan dari hubungan yang kompleks antara penjual dan pembeli.
Selera dan tren yang menjadi dasar untuk menentukan harga bersifat dinamis dan tidak pasti.
Selera dan tren bisa ditafsirkan berulang-ulang oleh penjual dan pembeli, sebagaimana dikutip dari jurnal “The art machine: dynamics of a value generating mechanism for contemporary art”.
Demikian juga temuan dari Alan Turing Institute, yang pada dasarnya harga dari NFT bisa dinamis dan melambung karena semua orang bisa menentukkan harga dari NFT-nya, dan semua orang bebas mengajukan penawaran untuk membeli NFT itu.