Dia juga sedang menguji coba Sea Hunter, sebuah drone kapal trimaran berukuran 40 meter yang secara mandiri bisa mendeteksi kapal selam lawan selama lebih dari dua bulan dalam sekali operasi.
"Upaya ini adalah langkah selanjutnya dalam mewujudkan armada masa depan kita, di mana sistem tak berawak melakukan berbagai fungsi perang, mulai dari melakukan tembakan mematikan dan meletakkan ranjau, hingga melakukan pasokan ulang atau mengawasi musuh," kata Esper.
Baca Juga: Jarak Kapal Perang AS dan China Cuma 100 meter, Konflik di Laut China Selatan Makin Panas
"Ini akan menjadi perubahan besar dalam cara kami melakukan perang laut di tahun-tahun dan dekade mendatang."
Angkatan laut Cina lebih besar
Esper menegaskan kembali bahwa China adalah ancaman keamanan utama AS dan bahwa kawasan Indo-Pasifik adalah panggung utama bagi militer AS.
“Kawasan ini tidak hanya penting karena menjadi hub perdagangan dan perdagangan global, tetapi juga episentrum persaingan kekuatan besar dengan China,” ujarnya.
Sebuah laporan Pentagon tentang Tentara Pembebasan Rakyat yang dirilis awal bulan ini mengatakan bahwa Beijing memiliki armada angkatan laut terbesar di dunia dengan 350 kapal dan kapal selam.
Baca Juga: Kenali Drone yang Menjadi Alasan Perseteruan Iran dan Amerika
Namun, Esper menekankan angkatan laut China tertinggal dalam kekuatan dan kemampuan.
"Bahkan jika kami berhenti membangun kapal baru, RRC akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyamai kemampuan kami di laut lepas."
Esper mengatakan, untuk mencapai tujuan 355 kapal berarti angkatan laut harus mengambil persentase lebih besar dari anggaran Pentagon.