Sejak itu, Toshiba telah berjuang dengan persaingan yang ketat dan kerugian finansial.
Diperparah oleh skandal akuntansi tahun 2015 di mana perusahaan tersebut mengaku melebih-lebihkan keuntungan hingga $ 2 miliar selama tujuh tahun sebelumnya.
Baca Juga: Fitur Canggih di Galaxy Note20 Series, Cocok Untuk Mobilitas Tinggi
Setelah dipublikasikan, Toshiba berusaha merestrukturisasi, secara dramatis mengurangi tenaga kerjanya, menetapkan tim manajemen baru, dan menjual sejumlah aset termasuk pabrik dan bisnis sensor gambar milik Toshiba ke Sony.
Perusahaan juga menjual aset tenaga nuklir, Westinghouse Electric Company, pada 2018 seharga $ 4,6 miliar.
Toshiba yang bangkrut, menjadi subyek gugatan setelah menarik diri dari rencana pembangunan dua pembangkit nuklir di South Carolina.
Toshiba juga menemukan dirinya terlibat dalam kasus pengadilan, yang meminta ganti rugi atas proyek yang gagal.
Baca Juga: Laptop Gaming MSI Bravo 15 Berprosesor AMD Ryzen 4000 Masuk Indonesia, Ini Spek Lengkap dan Harganya
Untungnya gugatan tersebut ditarik dan Toshiba tidak mengalami kerugian yang cukup banyak.
Saat ini belum ada informasi, Toshiba akan fokus usaha produk teknologi lain atau tidak.
Karena Toshiba juga menghadirkan beberapa produk teknologi rumahan lainnya.
Namun yang pasti, kita tidak akan bisa melihat laptop Toshiba kembali.