Follow Us

"Pecandu" Smartphone Tak Sadar Sudah Kecanduan

Fatimah Kartini Bohang - Sabtu, 11 Juli 2015 | 11:12
Lewat smartphone, pengguna dapat mencari banyak informasi termasuk urusan hangout.
Shutterstock

Lewat smartphone, pengguna dapat mencari banyak informasi termasuk urusan hangout.

Kamu merasa jarang mengecek smartphone? Atau, kamu merasa masih banyak orang yang lebih kecanduan smartphone ketimbang kamu? Mungkin kamu benar, tapi bisa jadi kamu sedang mengingkari kenyataan.

Survey dari Gallup menunjukkan, 61 persen pengguna smartphone merasa orang lain lebih sering mengecek smartphone daripada dirinya. Padahal, 11 persen di antaranya mengaku mengecek ponsel secara rutin tiap menit. Sebaliknya, hanya 3 persen yang merasa mengecek ponsel lebih sering dari orang lain.

Menurut peneliti, pengguna smartphone pada dasarnya sadar bahwa keseringan mengecek ponsel adalah perilaku yang tak sehat. Utamanya sering dihubung-hubungkan dengan perilaku anti-sosial.

Oleh karena itu mereka berusaha meyakinkan diri sendiri dan orang lain, bahwa frekuensi mereka mengecek ponsel masih termasuk normal.

"Hanya 1/3 pecandu smartphone yang mau mengakui bahwa mereka memang sering mengakses smartphone," kata peneliti, sebagaimana dilansir Nextren, Jumat (10/7/2015) dari Cnet.

Survey tersebut dilakukan dari April hingga Mei 2015. Ada 15.000-an pengguna smartphone dewasa yang menjadi objek penelitian.

Ketergantungan masyarakat modern atas smartphone dinilai sebagai konsekuensi perkembangan teknologi. Namun, kebiasaan ini semakin membumi dan menjalar berkat efek domino. Karena satu orang kecanduan smartphone, yang lain juga turut terikat.

"Rata-rata pengguna yang sering mengecek smartphone adalah mereka yang berada di lingkungan keluarga atau teman-teman serupa," begitu tertulis pada laporan penelitian.

Bayangkan, ketika semua orang di lingkunganmu tak bisa lepas dari smartphone. Tak ada yang menggubris omonganmu karena mereka terlalu sibuk melihat layar ponsel.

Mungkin kamu kesal. Tapi, perlahan kamu pun akan ikut-ikutan seperti itu. Pasalnya, perlahan komunikasi maya menawarkan antusiasme interaksi yang lebih tinggi dibandingkan dunia nyata.

Source : CNET

Editor : Reza Wahyudi

Baca Lainnya

Latest