Follow Us

Sambut 5G: ITB dan Qualcomm Gelar Diskusi Roadmap, Manfaat dan Tantangan Penerapan 5G di Indonesia

Wahyu Subyanto - Kamis, 22 Agustus 2019 | 19:31
Ilustrasi teknologi 5G
Sachin Mittal

Ilustrasi teknologi 5G

Nextren.com - Perkembangan tahapan penerapan teknologi 5G makin menarik untuk diikuti, apalagi setalah beberapa negara berhasil menerapkannya secara komesial.

Hari ini di Jakarta (22/8/2019), PT. LAPI Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan seminar bersama Qualcomm Technologies, Inc., anak perusahaan Qualcomm Incorporated, dan para pemain industri global dan lokal lainnya.

Tujuannya untuk membahas perkembangan terkini dalam teknologi, ekosistem dan penggunaan potensial 5G untuk Indonesia, serta spektrum frekuensi radio yang sesuai untuk penerapan awal 5G di Indonesia.

Dihadiri oleh perwakilan dari Kominfo, “Seminar on Telecommunication in Indonesia on Welcoming 5G Roadmap, Benefit and Challenge” ini mengeksplorasi isu-isu seputar teknologi dan frekuensi 5G, saling berbagi praktik terbaik global, serta menyampaikan perkembangan terkini tentang potensi penggunaan 5G untuk pemain industri di Indonesia.

Baca Juga: Ujicoba Teknologi 5G Smartfren di Pabrik Bekasi, Kecepatan Tembus 8,7 Gbps

Untuk mendukung kebutuhan konektivitas yang terus bertambah, maka peningkatan kapasitas jaringan seluler sangat diperlukan.

Hal ini dapat dicapai melalui tiga cara, yaitu penambahan Base Transceiver Station (BTS), penambahan frekuensi dan perbaruan teknologi.

Namun karena penambahan BTS terbatas oleh jumlah yang diakibatkan oleh batas interferensi maksimum antar perangkat, maka kunci perkembangan jaringan adalah teknologi baru dan penambahan frekuensi.

Di sinilah 5G menjadi jawaban kunci teknologi, yang membutuhkan spektrum frekuensi untuk segera ditetapkan,” jelas Ridwan Effendi, Ketua Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro STEI-ITB.

Baca Juga: Sambut Era 5G dan Lonjakan Data 16 Kali Lipat, Akhir 2019 XL Axiata Targetkan 50 Persen Jaringan Pakai Fiber Optik

Pemerintah Indonesia saat ini sedang mempersiapkan kebijakan untuk 5G dan persiapan spektrum, dan akan berpartisipasi dalam Konferensi Radio Dunia (WRC) 2019 pada bulan November, dimana isu spektrum ini akan dibahas.

5G dan beragam teknologi dan pelayanan terdepan yang akan menyertainya akan menjadi penggerak penting untuk strategi Industri 4.0 dan inisiatif pemerintah yaitu Making Indonesia 4.0.

Indonesia memiliki market dan industri-industri yang unik, termasuk sektor-sektor prioritas tersendiri, sehingga membutuhkan aplikasi-aplikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di sini.

"Salah satu masalah di Indonesia saat ini, adalah kita belum memanfaatkan secara penuh data dalam pembangunan, baik infrastruktur maupun industri komersial. Kita dapat meraih kesejahteraan melalui konektivitas dan pemanfaatan data,” jelas Ismail, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

Baca Juga: Saat Tampilan Hologram Bak Film Tampil Mulus Dalam Uji Coba Lanjutan Teknologi 5G XL Axiata

Keynote Speech Ismail, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam Seminar on Telecommunication in Indonesia on Welcoming 5G Roadmap, Benefit & Challenge, Jakarta (22/8/2019)
bcw-global

Keynote Speech Ismail, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam Seminar on Telecommunication in Indonesia on Welcoming 5G Roadmap, Benefit & Challenge, Jakarta (22/8/2019)

“Pertanyaannya bukan kapan Indonesia siap untuk 5G, tapi Indonesia harus siap," tegas Ismail.

Untuk 5G, Indonesia harus mempersiapkan tidak hanya alokasi spektrum, tapi mulai dari teknologi dasar, seperti optical fiber, kompetensi teknis pembangunan, hingga akses pelanggan.

Transformasi digital juga bukan hanya tentang teknologi, namun transformasi kultur dan mindset.

Beragam isu ini adalah prasyarat-prasyarat, sehingga pemerintah dan rekan-rekan industri perlu bekerjasama agar 5G yang nanti akan diterapkan di Indonesia benar-benar bermanfaat.

"Kami membentuk 5G Task Force karena kami ingin mendiskusikan model partnership antara industri dan pemerintah untuk benar-benar mempersiapkan landasan 5G agar investasi kita tepat sasaran dan sukses,” lanjut Ismail.

Dengan spesifikasi 5G New Radio (NR) yang telah distandarisasi oleh 3GPP, maka para pemimpin teknologi global seperti Qualcomm, Ericsson, Huawei, Nokia dan perusahaan terkemuka lainnya telah bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah di seluruh dunia untuk memungkinkan penerapan 5G skala besar sejak awal 2019.

Baca Juga: Wajib Tau, Ini Dia Beberapa Perbedaan Antara Jaringan 4G dan 5G

3GPP sendiri merupakan kumpulan organisasi penetapan standar global yang bertanggung jawab atas teknologi 2G, 3G, 4G dan 5G.

Negara-negara seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Cina, Eropa dan Australia telah meluncurkan jaringan 5G komersial.

Sementara banyak negara Asia Tenggara seperti Singapore, Vietnam, Thailand dan Malaysia sedang merencanakan jaringan 5G komersial pada 2019 dan 2020.

“Dasar teknologi 5G telah dirancang untuk dapat diadaptasi sesuai dengan beragam persyaratan teknis.'

"Dengan kebutuhan penyesuaian teknis yang lebih sedikit untuk menyediakan perangkat dan layanan yang lebih terjangkau bagi pelanggan, maka pelanggan sudah dapat merasakan manfaat 5G segera,” jelas Shannedy Ong, Country Director Indonesia, Qualcomm.

Baca Juga: Kominfo dan Smartfren Ujicoba Teknologi 5G Untuk Industri

Tutun Juhana, Ketua Program Studi Telekomunikasi ITB; Shannedy Ong, Country Director Indonesia, Qualcomm; Ismail, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo, dalam Seminar on Telecommunication in Indonesia on Welcoming 5G Roadmap, Benefit & Challenge, Jakarta, 22/8/2019
bcw-global

Tutun Juhana, Ketua Program Studi Telekomunikasi ITB; Shannedy Ong, Country Director Indonesia, Qualcomm; Ismail, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo, dalam Seminar on Telecommunication in Indonesia on Welcoming 5G Roadmap, Benefit & Challenge, Jakarta, 22/8/2019

Ketika spektrum telah ditetapkan dan dialokasikan, para pemain industri dapat bekerja lebih lanjut untuk meraih peluang yang dipersembahkan oleh 5G di seluruh vertikal, terutama Industrial Internet of Things (IIoT) untuk memicu revolusi industri 4.0.”

Jaringan yang tersedia saat ini memiliki batasan untuk berapa banyak perangkat yang dapat dihubungkan sebelum layanan terganggu.

Jaringan 5G sedang dibangun untuk menangani miliaran sensor dan perangkat yang terhubung, termasuk otomasi industri, kendaraan terhubung, layanan misi penting, dan bahkan kota pintar (smart city).

Jadi jaringan 5G ini tak hanya smartphone, hotspot, dan PC “Always On, Always Connected”.

Baca Juga: CEO Baru Indosat Ahmad Al-Neama Menilai Indonesia Belum Saatnya Masuk Jaringan 5G

Dengan mengaktifkan ultra-reliable and low latency communication (URLLC) yang sangat andal dan dapat ditingkatkan dengan enhanced Mobile Broadband (eMBB), maka 5G akan memainkan peran transformasional.

Penyebabnya, peningkatan kapasitas dan jangkauan akan terus diperlukan untuk melayani pengalaman-pengalaman baru bagi pengguna, serta dunia yang lebih terhubung.

Pasar IoT Indonesia

Asosiasi IoT Indonesia memperkirakan nilai pasar IoT Indonesia akan mencapai Rp 444 triliun (US$ 30 miliar) dengan lebih dari 400 juta sensor terhubung dalam seluruh vertikal pada tahun 2022.

5G adalah landasan untuk penerapan Industri 4.0 dan kebijakan Making Indonesia 4.0, dan dapat mendukung IIoT, industri game lokal, dan lain-lain.

Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Jaringan 5G di Indonesia Lambat Digelar

Factory of the future membutuhkan infrastruktur cerdas termasuk data nirkabel, sistem cyber-physical seluler, dan arsitektur TI terintegrasi.

Dengan 5G, kita dapat memiliki ketahanan, konektivitas real-time, dan kecepatan data yang memadai untuk industrial IoT.

Lebih dari sekedar teknologi, 5G juga dapat mentransformasi model bisnis, dengan assembly-as-a-service, manufacture-as-a-service, machine-as-a-service dan AI-as-a-service.

Oleh karena itu 5G merupakan bagian integral Making Indonesia 4.0,” jelas Toto Suharto, Managing Director, Bosch Indonesia.

Baca Juga: 5G Belum Jalan, Nokia dan Ericsson Bakal Kembangkan Jaringan 6G

Industri Game

Industri lain dengan potensi tinggi aplikasi 5G adalah game, yang sedang bertumbuh pesat di Indonesia.

Di Indonesia, pasar game berkembang sangat pesat dan diprediksi menjadi lima pasar terbesar sedunia senilai US $ 4,3 miliar pada tahun 2030.

Game multiplayer, e-sports dan AR/VR semakin populer.

Baca Juga: Ini Tahapan Penerapan 5G di Indonesia Menurut Kominfo, Sudah Dekatkah?

5G akan merevolusi user experience dan menjadi perkembangan paling menarik di industri game,” ujar Aditia Dwiperdana, Co-Founder dan Studio Head, Agate, sebuah perusahaan game Indonesia.

Dengan potensi Indonesia yang luar biasa, disertai kepercayaan dari para pemain industri lokal, pemerintah harus bertindak cepat untuk merilis spektrum radio yang sesuai dan mendukung industri lokal.

Inilah saatnya bagi Indonesia untuk merebut peluang zaman Age of Invention yang baru.

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya

Latest