Saat mengetahuinya, mereka mulai merasa tidak nyaman untuk terus-menerus menguping pesan suara tersebut dan mulai meragukan legalitas serta etika kerja mereka.
Di sisi lain, Facebook mengaku bahwa para kontraktor yang dibayar untuk mendengarkan pesan suara tidak mengetahui siapa pengirim ataupun penerima pesan suara tersebut.
Baca Juga: Facebook Kembangkan Teknologi AR, Mampu Menulis Langsung dari Otak!
"Para kontraktor memeriksa apakah mesin kecerdasan buatan menginterpretasikan pesan suara dengan benar atau tidak," kata Facebook.
Sayangnya, Facebook tidak mengungkap pihak ketiga mana yang dibayar untuk mendengarkan percakapan pengguna Messenger.
Namun, laporan Bloomberg menyebut TaskUs.Inc, salah satu firma yang berlokasi di Santa Monica, California, AS, sebagai salah satu pihak ketiga.
Menurut laporan tersebut, Facebook merupakan klien TaskUs yang paling penting sekaligus paling besar.
Baca Juga: Facebook Resmi Bayar Denda Hingga Rp 70 Triliun Akibat Kebocoran Data
Namun, pegawai TaskUs dilarang blak-blakan mengungkapkan untuk siapa proyek yang sedang mereka kerjakan.
Mereka hanya menyebut klien itu dengan sebuah kode bernama "Prism".
TaskUs juga ditugaskan untuk melacak konten yang kemungkinan melanggar kebijakan Facebook.
Mereka juga melakukan pemindaian iklan bernuansa politik sebelum pemilu.