Google dilaporkan sedang menguji coba sejumlah drone bertenaga matahari untuk memancarkan internet 5G super cepat dari Angkasa. Di bawah kode proyek SkyBender, pesawat-pesawat tanpa awak itu diterbangkan dari hangar milik Spaceport America, perusahaan luar angkasa yang pernah dimiliki Virgin Galactic, yang terletak di daerah New Mexico, AS. Sebagaimana Nextren rangkum dari The Next Web, Senin (1/2/2016), proyek SkyBender memanfaatkan teknologi transmisi gelombang radio yang disebut milimeter wave pada drone tersebut. Milimeter wave selama ini dikenal sebagai salah satu teknologi yang berpotensi digunakan sebagai penghantar koneksi internet nirkabel generasi ke-5 (5G). Secara teori, teknologi gelombang milimeter wave dapat mentransfer data dengan sangat cepat, hingga 40 kali lebih kencang dari jaringan 4G LTE yang ada saat ini.Kelemahannya, karena menggunakan frekuensi tinggi di pita 28 GHz, jangkauan milimeter wave terbilang pendek, hanya sepersepuluh sinyal 4G. Gelombang milimeter juga mudah terpengaruh cuaca seperti hujan, kabut, dan salju sehingga memancarkannya lewat drone di angkasa membawa tantangan tersendiri. Untuk mengatasinya, Google disebut sedang bereksperimen dengan teknologi transmisi yang disebut phased array. Google memang tak main-main menggarap drone 5G. Biaya sewa hangar untuk digunakan sebagai "sarang" drone saja mencapai 1.000 dollar AS atau sekitar Rp 14 juta per hari.Di samping itu, duit sebesar 300.000 dollar AS (sekitar Rp 4,2 miliar) ikut dibayarkan kepada Spaceport America untuk berbagai keperluan operasional drone, seperti server, transceiver yang mendukung gelombang milimeter, dan sebagainya. SkyBender merupakan proyek dari tim Google Access yang fokus dalam pengembangan dan eksperimen koneksi internet berkecepatan tinggi dari udara. Proyek lain dari Google Access yang sudah banyak dikenal adalah balon udara Project Loon.
"Drone" Google Pancarkan Internet 5G dari Angkasa
Deliusno - Senin, 01 Februari 2016 | 09:17
Popular
Hot Topic
Tag Popular