Follow Us

Tahun Baru, Jutaan Orang Terancam Kehilangan Internet Aman

Yoga Hastyadi Widiartanto - Kamis, 24 Desember 2015 | 17:00
ilustrasi
CNBC

ilustrasi

Menjelang tahun baru 2016 nanti, jutaan orang diprediksi tidak akan bisa mengakses internet dalam protokol yang aman. Penyebabnya adalah masalah bernama SHA-1 Sunset yang berhubungan dengan kadaluarsanya sebuah enkripsi keamanan web tingkat tertentu.Mulai 1 Januari 2016 algoritma web yang usianya lebih tua dari SHA-1 Sunset tidak lagi memenuhi kriteria protokol keamanan di banyak web. Menurut lembaga riset CloudFlare, masalah tersebut akan mengakibatkan sekitar 37 juta orang di seluruh dunia terancam kehilangan perlindungan saat mengakses web tujuan.Sekadar diketahui, protokol keamanan ini bekerja ketika pengguna mengakses sebuah alamat web. Ketika web terhubung dengan browser yang digunakan, maka masing-masing mengirimkan serta menerima data.Dalam proses tersebut masing-masing mengirim serta menerima menggunakan kode-kode rumit yang bertujuan mengamankannya. Pengamanan ini biasanya ditandai dengan akhiran "s" pada "https://".Sebagaimana dilansri Nextren dari CNBC, Kamis (24/12/2015), dengan kadaluarsanya algoritma protokol keamanan SHA-1, maka pengguna tidak akan bisa mengakses web yang hanya bisa diakses menggunakan protokol "https://".SHA-1 biasanya digunakan di browser dan sistem operasi seperti Windows XP. Sayangnya, menurut Director of IT Security and Risk Strategy di Tripwire Tim Erlin, sistem operasi tersebut sudah tidak mendukung pembaruan algoritma untuk meningkatkan level protokol keamanan yang dibutuhkan.Di sisi lain, peningkatan level tersebut membutuhkan kemampuan pemrosesan yang lebih tinggi, sehingga gadget-gadget lawas kesulitan menanganinya.Namun tak perlu khawatir, karena biasanya browser yang ada saat ini sudah otomatis memperbarui protokol keamanannya ke SHA-2. Hasil riset CloudFlare pun menunjukkan bahwa dukungan saat ini tingkat dukungan untuk protokol terbaru itu sudah mencapai 99 persen, khusus Amerika Utara dan Eropa Barat.Sementara itu, di negara-negara seperti China, Kamerun, Yaman, Sudan, Mesir dan Libra, tercatat sekitar 5 persen pengguna internet memakai browser yang tak mendukung SHA-2.

Source : CNBC

Editor : Reza Wahyudi

Latest