Perkembangan teknologi smartphone turut mendorong pertumbuhan layanan berbasis aplikasi online, termasuk juga jasa transportasi ojek yang belakangan naik dauh setelah dipelopori oleh Go-Jek.Meski merupakan salah satu yang pertama, Go-Jek kini tak sendirian. Sejumlah layanan sejenis telah pula bermunculan dan siap menanggap permintaan dari para calon penumpang yang juga pemilik gadget.Beberapa ada yang coba membedakan diri dengan menyasar segmen pelanggan yang spesifik, seperti misalnya khusus wanita.Siapa saja mereka dan seperti apa layanan yang ditawarkan oleh para penyedia ojek berbasis aplikasi? Berikut profil singkat masing-masingnya yang dirangkum Nextren dari berbagai sumber.1. Go-Jek
Go-Jek boleh dibilang merupakan layanan ojek berbasis aplikasi terpopuler saat ini. Nadiem Makarim, sang pendiri dan CEO Go-Jek, merupakan lulusan Harvard Business School yang bekerja di McKinsey setelah meraih gelar MBA dari kampus tersebut. Tiga tahun setelahnya, ia direkrut Rocket Internet untuk menjadi managing director raksasa e-commerce Zalora. Nadiem bekerja dengan Rocket Internet hampir setahun, lalu pindah ke perusahaan layanan pembayaran Kartuku. Go-Jek sebenarnya sudah mulai beroperasi sejak Maret 2011, tapi baru belakangan dikembangkan dengan serius. Layanan yang ditawarkan Go-Jek kini telah berkembang dan turut mencakup jasa transport ke selter busway dan penyewaan truk, belanja di minimarket, hingga panggil tukang pijit. 2. GrabBike
Rival berat Go-Jek ini memulai layanannya pada tahun 2012 di bawah naungan GrabTaxi. GrabTaxi didirikan di Malaysia oleh lulusan MBA Harvard Business School, Anthony Tan, yang juga merupakan teman akrab Nadiem Makarim, pendiri Go-Jek, sewaktu kuliah di Negeri Paman Sam.Sebelum memulai perusahaan ini pada 2012, Anthony bekerja sebagai kepala marketing di perusahaan keluarganya, Tan Chong & Sons Motor Company. Baik Go-Jek maupun GrabBike menawarkan in-app user experience yang mirip. Untuk memesan GrabBike, pengguna diharuskan mengunduh aplikasi GrabTaxi. Aplikasi ini terhubung dengan GPS smartphone untuk mengetahui lokasi pengguna, dan cukup akurat.3. Blu-Jek
Sempat dikira bikinan pengelola taksi Blue Bird, Blu-Jek didirikan oleh dua pengusaha muda Indonesia Garett Kartono dan Michael R. Manuhutu. Kedua orang lulusan manajemen bisnis di salah satu universitas ternama di Amerika Serikat ini sepakat untuk mengembangkan usaha tersebut karena melihat peluang yang amat besar, baik dalam hal finansial maupun dalam ranah sosial.4. LadyJek
Sesuai namanya, LadyJek mempekerjakan pengendara wanita. Target konsumennya pun juga kaum hawa yang membutuhkan jasa ojek.Hal ini dilakukan demi memberi kenyamanan lebih bagi para perempuan yang masih merasa agak risi kalau menumpang ojek yang dikendarai pria.Di dalam aplikasi LadyJek terdapat dua fitur yang menunjang keamanan, yaitu panic alarm dan alert button. Panic alarm akan mengeluarkan bunyi sekencang 120 desibel yang tentu bisa digunakan oleh si pengguna untuk menarik perhatian di sekitarnya kalau ia merasa ada bahaya dan lain-lain.Lalu alert button juga bisa dipakai jika si pengguna merasa keamanannya terancam atau ingin lokasinya terlacak oleh tim customer service. 5. Ojek Syarí
Ojek Syari yang disingkat Ojesy ini didirikan oleh Evilita Adriani yang baru berusia 19 tahun Pada 10 Maret 2015 bersama Reza Zamir dengan nama Ojek Syar’i Surabaya, Agus Edi S. bergabung pada tanggal 8 Agustus 2015 dan mendirikan badan usaha PT. Ojek Syari Indonesia. Hadir dalam nuansa Islami, Ojesy tak hanya menyasar muslimah, namun juga kaum wanita pada umumnyaSedikit berbeda dari penyedia jasa sejenis, pengendara Ojesy tak dihubungi lewat aplikasi, melainkan telepon, SMS, WhatsApp, atau BBM. ?Dalam mengembangkan bisnisnya, Ojesy menggunakan sistem kemitraan bagi pihak yang tertarik menghadirkan layanan Ojesy di daerahnya.