Laporan Wartawan NexTren, David Novan Buana
NexTren.com -Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit Alzheimer begitu besar sampai membuat aktivitas penderitanya mengalami penurunan drastis, apalagi untuk penderita stadium lanjut.
Untuk mengatasinya, peneliti melatihArtificial Intelligence (AI) untuk mengenali gejala penyakit ini lebih cepat dibandingkan dokter.
Ketelitian AI dalam mencari pola di dalam suatu data adalah kelebihan terbesarnya, sesuatu yang sulit untuk dikalahkan oleh manusia.
Baca Juga : Teknologi Drone Terbaru Bisa Petakan Hutan Tanpa Bantuan GPS
Peneliti dari California yang menemukan cara untuk melatih AI untuk membantu dokter mencari gejala Alzheimer tersebut telah mengumumkan temuannya melalui jurnalRadiology.
Setelah didemonstrasikan, ternyata memang benar jaringan neural dari AI tersebut bisa menemukan dengan akurat semua tandanya.
Bahkan itu berlaku pada scan otak yang dilakukan beberapa tahun sebelum penyakit menjadi parah.
Melalui tes tersebut, terbukti AI tersebut mampu mendiagnosa pasien dengan akurasi 100 persen, dan menentukan apakah pasien tidak memiliki penyakit sebanyak 82 persen dari total data.
Sedangkan pada dokter, akurasi menemukan pasien yang menderita penyakit dari data tersebut hanya 57 persen, sedangkan pasien yang tidak menderita sebanyak 91 persen.
Data yang digunakan sebagai basis diagnosa adalah hasil FDG-PET scan yang berasal dari rentang waktu 6 tahun sebelum pasien tersebut terkena penyakit.
Jadi, hadil diagnosanya bisa digunakan untuk mengatasi Alzheimer sebelum menjadi parah dan volume otakbelum berkurang seperti yang biasanya terjadi pada saat pasienditemukan mengidapnya.
FDG-PET sendiri merupakan cara dokter untuk menganalisa otak guna menemukan gejala penyakit Alzheimer dan penyakit otak lainnya.
Baca Juga : Teknologi Implan Berhasil Bikin Tiga Orang Difabel Berjalan Lagi
Hasil scan yang didapatkan tersebut menjadi sumber pelatihan AI untuk menemukan kejanggalan kecil di dalam otak pasien.
Sebanyak 2109 gambar hasil scan FDG-PET dari 1002 pasien digunakan untuk melatih jaringan neuraldari AI tersebut.
Kemudian, 90 persen dari gambar akan digunakan untuk latihan dan membuat data, sedangkan 10 persen sisanya akan digunakan untuk fase tes keakuratan diagnosa.
Peneliti mengatakan AI ini masih butuh banyak data tambahan supaya semakin akurat, terutama untuk mendeteksi pasien yang tidak terkena penyakit.
Bila proyek AI ini sukses, maka dokter tidak lagi perlu membuang banyak waktu untuk mendiagnosa penyakit, dan bisa fokus untuk penyembuhan dan mencari obat yang lebih baik.(*)