Nextren.com-Data center menjadi mesin utama dari aktifitas para raksasa teknologi seperti Facebook, Google, Microsoft dan lainnya.Mesin-mesin server berkcepatan sangat tinggi dalam jumlah besar itu, bekerja terus menerus selama 24 jam agar bisa melayani penggunanya di seluruh dunia.Tentu saja timbul panas yang tinggi dalam pengelolaan mesin-mesin server yang sangat kencang itu, sehingga diperlukan upaya pendinginan yang juga ekstrim.Bahkan salah satu data center raksasa milik Facebook pada tahun 2013 lalu, sudah ditaruh di dekat kutub utara, yaitu di kota Lulea, Swedia.
Baca Juga : 6 Kelemahan Wiko Tommy 3 yang Harus Kamu Ketahui Sebelum MembelinyaSementara raksasa teknologi Microsoft pertama kali menguji coba data center bawah laut di perairan California, AS pada tahun 2016. Proyek bernama Project Natick itu bertujuan mencari tahu cara efektif untuk efisiensi energi.Hasilnya, Microsoft makin percaya diri menaruh data center di bawah laut.Dalam konferensi Future Decoded di London, CEO Microsoft Satya Nadella berbicara tentang strategi itu.
Baca Juga : Buat Stiker Whatsapp Sendiri dengan Mudah dan Gampang, Gak Ribet
Menurut Satya, penempatan data center di bawah laut akan menjadi cara Microsoft untuk ekspansi di masa depan, seperti dilansir dari Ars Technica (11/2/2018).Jarak laut lebih dekat dengan kediaman manusia sehingga akan menjadi salah satu keuntungan. Dari data yang ada, sekitar 50% masyarakat dunia hidup tinggal kurang dari 200 kilometer dari pantai.Secara teknologi, makni dekat pusat data dengan kediaman penduduk bakal makin baik, karena bisa memberikan latensi (jeda) yang lebih rendah.
Baca Juga : Teknologi Implan Berhasil Bikin Tiga Orang Difabel Berjalan Lagi
Baca Juga : Facebook Kenalkan Teknologi AI yang Bisa Bantu Cegah Bunuh DiriSuhu air bawah laut yang dingin menjada andalan bagi Microsoft untuk mendinginkan server di data center bawah laut.Server-server itu akan akan ditempatkan di bawah laut selama 5 tahun, setelahnya akan diangkat dan digantikan dengan perangkat baru. (*)